Sepulang kerja, ternyata menfess itu sudah menyebar ke mana-mana. Meski unggahannya sudah di-take down atas perintah Kalandra, sudah terlanjur banyak orang yang membaca dan membagikannya. Bianca menjadi perhatian hampir seluruh karyawan kantor. Ke mana pun kakinya melangkah, akan selalu ada tatapan sinis dan kasak-kusuk yang mengikuti. Kalandra menggenggam tangan istrinya erat ketika mereka berjalan menuju parkiran. “Kamu nggak apa-apa?” Bianca mengangguk. “Cuma rada sesak aja, hehehe.” “Jangan ketawa, Bi.” “Kenapa aku nggak boleh ketawa?” Bianca menoleh, menatap suaminya bingung. “Jangan ketawa cuma buat nutupi kalau kamu sebenarnya nggak baik-baik aja. Kamu punya aku sekarang, Bi. Kamu bisa bilang ke aku apapun yang kamu rasain. Aku nggak akan menghakimi, aku nggak akan bilang kamu