Kalandra keluar dari kamar papinya dengan wajah sumringah. Namun, wajah itu langsung berubah masam karena ternyata Azra sudah menunggunya di depan kamar. Kala mendengus pelan, berjalan santai. “Ngomong apa lo sama papi?” “Bukan urusan lo,” sahut Kala ketus. Ia terus berjalan cepat agar langkahnya tidak sejajar dengan langkah kaki Azra. “Kala, tunggu!” Azra menarik lengan adiknya yang langsung dihempaskan oleh Kalandra. “Lo jangan macem-macem, ya. Sama kayak lo, gue nggak akan diem aja kalau lo sampe berniat nyelakain Dara.” Kalandra sedikit terbelalak, kemudian ia terbahak. “Lo nggak salah ngomong?” cibirnya. “Gue serius, Kala.” Wajah Azra tertekuk. Kalandra berbalik. Kini ia menghadapkan seluruh tubuhnya pada Azra. “Lo salah orang, Azra. Harusnya lo memperingatkan istri lo bukan