“AWASSSSSS!” teriakku sambil mendorong tubuh Shantie, dia terjatuh sedangkan mobil yang melaju kencang tadi tanpa ampun menabrakku hingga tubuhku terpental, rasanya seluruh tulang ini patah semua, darah mulai mengalir dari hidung, mulut dan juga telinga dan membasahi kemeja putih yang aku kenakan, Shantie berteriak histeris dan berniat mendekatiku tapi aku langsung mengangkat tangan agar dia menjauh. Aku tidak boleh kalah, dengan sisa tenaga dan rasa sakit luar biasa aku berdiri dan mendekati mobil yang kini berhenti tak jauh dari tempatku berdiri. “River!” teriak Shantie, aku tersenyum dan memberi tanda kalau aku baik-baik saja. Shantie menggeleng tapi aku tetap mendekati mobil itu, aku membuka pintu mobil dan terkejut saat tidak melihat siapa-siapa di dalam mobil. Hanya ada batu da