Ketika Bara dan Rayn tiba di lobby rumah sakit, Dewi sudah duduk menunggunya di sana. Dengan setengah berlari, Bara menghadapi ibu mertuanya itu dengan Rayn di dalam gendongan. Saat menyadari tidak ada Alinka di sana, kekhawatiran Bara semakin bertambah. “Ma, apa ada sesuatu terjadi sama Alin?” tanya Bara begitu sudah berdiri di hadapan Dewi. Wanita paruh baya itu tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. “Kalau kamu berpikir soal kecelakaan atau apa, nggak, Nak. Istrimu baik-baik saja, meski tidak sepenuhnya.” “Maksudnya? Ma, Alin kenapa? Please, jangan buat Bara khawatir...” Bara terdengar memelas juga frustasi. Meski ia tahu ibu mertuanya itu berusaha untuk meyakinkan dirinya agar tidak khawatir, tetapi Bara tidak bisa menahan untuk tidak merasa demikian. Apalagi karena