. —.Permulaan.— . . . *** Malam itu terasa dingin meskipun Bunda memeluknya dengan erat. Padahal biasanya pelukan Bunda adalah yang terhangat. Gelap. Jari mungil Selena berpegangan pada baju tidur Bunda seakan takut kegelapan akan menelannya. Mata bulat polosnya mengerjap tidak mengerti, tetapi Selena tahu dari nafas Bunda yang memburu cepat sambil mendekapnya erat ada ketakutan disana. "Bunda," panggil Selena pelan. Bundanya tersenyum dalam gulita yang hanya diterangi sinar rembulan dari jendela kaca gudang, tetapi mata Bunda basah, ada noda darah yang terciprat di pipinya. Piyama putih Selena juga sedikit kotor dengan darah. Darah Ayah. "Ayah masih di luar, Bunda," Selena mencoba memberi tahu. Hal terakhir yang ditangkap oleh indera penglihatannya sebelum memasuki gudang di rum