Bab 9

1157 Kata
Pantulan cahaya pagi yang bersinar menerangi kamar Kate membuatnya perlahan terbangun dari tidur lelapnya. Pagi ini terasa melelahkan baginya setelah beberapa hal yang banyak terjadi akhir - akhir ini.  Merasa ada yang memperhatikannya, ia menoleh ke arah sisi kanan tempat tidur dan sudah melihat Jack duduk dan memperhatikannya. Merasa salah tingkah, Kate sontak terduduk di sisi sebrang " Kau.... sedang apa?" Tanya Kate heran. " Apa yang salah? Ini kamarku" jawab Jack dingin dan datar. Kate menepuk jidatnya, ia lupa bahwa ia sedang berada di mansion keluarga White yang berarti dia berada dalam kamar dan ranjang yang sama dengan Jack. Melihat Kate, Jack mendekatkan dirinya pada Kate dan menempelkan punggung tangannya pada dahi Kate, " Kau sakit?" Melihat sikap Jackson, jantung Kate berdetak kencang, ia bahkan tidak bisa menutupi pipinya yang merah.  Sudut bibir Jack sedikit terangkat melihat ekspresi Kate, " Sonya sudah menyiapkan sarapan untukmu" ujar Jack sambil menunjuk segelas s**u dan roti panggang di meja sudut kamar. " Makanlah dan bersiap. Hari ini sudah waktunya kita sambut keponakan kita" Ya hari ini Jessie sudah diperbolehkan untuk pulang. Mata Kate membulat saat mengingat bahwa keponakannya yang sudah lahir seminggu yang lalu itu akan segera pulang. Kate bersemangat menghabiskan sarapannya, pandangan Jack tidak pernah bisa lepas Kate. Perlahan - lahan ia mulai terpesona pada Kate yang semakin menarik dimatanya. " Hallo?" tanpa Jack sadari Kate sudah selesai dengan sarapannya, ia tampak gelagapan saat Kate menyadarkannya dari lamunan " Apa kau akan terus disini? Aku ingin mengganti bajuku" ujar Kate. Jack menampilkan wajah isengnya, " Perlu ku bantu?" Kate mengerutkan alisnya, " Kenapa? Aku kan suamimu. Aku punya hak bukan?" Ujar Jack sambil tersenyum jahat. " Jack.. kumohon" balas Kate memelas. Jack sedikit tertawa, " Baik aku akan keluar" Jack segera beranjak dari kasurnya dan meninggalkan kamar. Memastikan Jack sudah pergi, kedua ujung bibir Kate membuat lengkungan senyum. Ia merasa sanga bersyukur atas perubahan sikap Jack yang mulai hangat. --- Kate segera menemui Marissa, James, Johanna dan Jessie yang baru datang di Mansion keluarga White.  Ia segera mendekati Jessie yang tengah menggendong bayi mungil yang diberi nama Theo Andreas. Kate tak sabar ingin menggendong keponakan pertamanya itu. " Haloo keponakan aunty yang tampan" ujarnya sambil mengambil Theo dari gendongan Jessie. Ia sangat senang melihat keponakannya yang lucu itu. " Jauh jauh kau dari keponakanku!" Ujar Johanna dengan ketus. " Johanna lebih baik kau masuk nak" pinta Marissa sebelum suasana memanas.  Melihat Kate sedih, Jackson yang sedari tadi berdiri disampingnya mencoba untuk menenangkanya. " Lucunya keponakan uncle ini" ujar Jack sambil mengelus pipi lembut Theo. " Bagaimana? Lucu kan anakku? Lalu kapan kalian akan segera menyusul untuk memberikan Mom and Dad cucu dan adik sepupu untuk Theo?" Ejek Jessie. " Ka... kami..."  " Kami akan membuatnya nanti"  sambar Jackson sebelum Kate menyelesaikan perkataannya. Kate melihat tajam Jackson sedangkan Jackson sibuk menganggu Theo. Marissa, James dan Jessie tertawa melihat Jackson " Kau fikir anak itu kue? Pilih lagi bahasamu. Liatlah wajah istrimu tampak jijik mendengar perkataanmu Jack" ujar Jessie menahan tawa. Jackson menarik pinggang Kate " Nanti malam ya sayang" Kate sedikit membuka mulutnya ia tak percaya dengan perkataan Jackson. Jangankan untuk melakukan itu, sekedar mencium pipi Kate saja sepertinya Jackson tidak nafsu. Kate sedikit memberi jarak pada Jackson lalu mengembalikan Theo ke gendongan Jessie. Pipi Kate seketika merah Jessie yang menyadarinya mencoba mengejek Kate " Ph tidak pipi mu merah Kate" Kate menyentuh kedua pipinya, " uhmm.. aku rasa aku mau ke kamar mandi. Permisi semuanya" Kate segera berlari ke arah kamar mandi. " Istrimu itu polos sekali Jack" canda James. " Apa jangan - jangan kalian belum..." " Apakah itu pantas dibicarakan?" Semua hanya menahan tawa melihat Jackson. Sementara Jackson sibuk bermain dengan Theo. Dikamar mandi Kate mencoba menenangkan diri jantungnya berdetak kencang akibat perilaku Jackson. Entah mengapa suasana menjadi sangat panas dan ia mengipas – ngipaskan dirinya " Dia benar - benar gila" Ia merasakan ponselnya yang bergetar,ia mengambil ponsel yang berada di kantung jeans birunya terlihat Trisha memanggilnya "Halo?" " Kau dimana? Kau gila ! Kau sudah 3 hari tidak masuk. Mrs. Halley sedang menunggu pekerjaanmu” " Aku masih dirumah keluarga White. Mungkin aku akan berada 1 minggu disni. Bisakah kau membantuku untuk mengatakan padanya bahwa aku benar - benar akan memberikan pekerjaanku minggu depan?" " Baiklah akan ku katakan. Apa kau yakin baik - baik saja? Apa ada yang terjadi?" " im good" " Uhm okay. Well, Millan datang kemarin” Kate terdiam sejenak, “ Maksudmu?” " Ya dia datang ke butik kemarin dan mengatakan ingin mengatakan sesuatu. Lalu ku bilang kau ada dirumah suamimu. Dia pergi kemudian. Apa dia tidak menelfonmu?” " Tidak. Tapi aku akan menelfonnya setelah ini. Terimakasih Trish” Kate memutus panggilannya dan mulai mengetik nama Milan. Ponsel Milan masih tak bisa dihubungi. Kate mengehela nafas " Ada apa ya?" --- Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi, Kate terbangun karena mendengar suara tangisan bayi yang keluar dari samping kamar Jackson. Kate menghampiri kamar Jessie dan melihat Marissa tengah sibuk menggendong Theo. " Ada apa Mom?" " Theo menangis terus, Jessie sepertinya terlalu lelah hingga ia merasa frustasi untuk mengerus Theo" Kate melihat Jessie yang sedang duduk di tempat tidur menutup muka dengan kedua tangannya menangis terisak. " Mom bolehkah aku saja yang menenangkan Theo? Mom bisa menenangkan Jessie. Aku rasa ia membutuhkan Mom saat ini" mendengar nasihat menantunya Marissa langsung menyerahkan Theo pada Kate dan memeluk Jessie. Sementara Kate memutuskan untuk membawa Theo keluar ruangan. " Uuu anak tampan kepanasan ya?" Kate sambil mengayun ayunkan gendongannya. Jackson keluar dari ruangan James dan menghampiri Kate " Kalian tidak tidur?" " Jessie sepertinya sedang mengalami baby bluse, jadi aku memutuskan untuk mengambil Theo" Kate mengelus kepala Theo. Perlahan - lahan tangisan Theo mereda dan kemudian berhenti. " Dia diam?" Jackson terkejut. " Naluri anak kecil. Jika ia merasa nyaman bersama seseorang ia akan diam " suara James tiba - tiba muncul dari belakang. " Dad?" " Aku tidak bisa tidur melihat putri dan cucuku seperti ini" James mengingat sesuatu sehingga ia mengepalkan kedua tangannya " Jika saja aku bertemu dengan Luke. Akan kuhabisi dia!" " Tenang dad, aku sudah mengurusnya dan mencari keberadaannya" James kembali tenang  " Baiklah. Terimakasih Kate kau sudah mau membantu Jessie. Aku akan melihatnya dulu" James berbalik dan memasuk kamar Jessie. " Apa kau baik - baik saja semalaman mengurus Theo?" Tanya Jackson sedikit khawatir melihat Kate. Kate tersenyum pada Jackson " Aku senang melakukannya. Aku mengerti perasaan Jessie dan anggap saja ini latihan untuk mengurus anakku nanti" Kate terdiam kemudian ia meralat perkataannya " Maksudku, saat aku sudah memiliki anak dengan orang lain. Aku akan terbiasa" " dengan orang lain" entah mengapa kata - kata Kate saat itu sedikit menyesakkan d**a Jackson " Orang lain? Maksudmu?" Jackson menatao Kate dengan penuh tanda tanya. Kate menghela nafas, " Aku tahu kau hanya menikahiku karena kau takut ayahmu akan sakit lagi kan? Dan aku juga tahu kau akan menceraikan aku cepat atau lambat. Jadi...." " Theo sudah tertidur" Jackson mengalihkan pembicaraan " Biarkan dia tidur dikamar kita. Aku akan tidur di sofa. Masuklah, kalian harus sama - sama istirahat" Kate mengangguk kemudian ia berjalan ke kamarnya sambil menggendong Theo. Jackson terus menatap Kate. Perkataan Kate masuh berputar di kepalanya. Entah mengapa Jackson merasa sangat bersalah ketika melihat Kate. Ia pun mulai merasa ragu untuk menjalankan rencananya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN