13. Bahagia itu sederhana

1300 Kata
"Hasil pembelajaran Ergantara sangat baik, Bu. Erga bisa mengikuti pembelajaran dengan baik dan cukup aktif dikelas dalam mengikuti setiap mata pelajaran. Saya dengar dari wali kelas Argantara, Arga pun memiliki prestasi yang sama baiknya dengan Erga. Saya harap Erga dan Arga bisa mempertahankan semangat belajarnya saat ini dan Ibu bisa terus menyemangati dan mendukung mereka di rumah agar tetap menjadi siswa berprestasi. " Alranita duduk berhadapan dengan wali kelas Erga dengan wajah tersenyum lebardan senyum itu semakin lebar ketika ia menoleh menatap Moshaira yang ikut datang mendapinginya. Tidak dapat dipungkiri rasa bangga mengembang dalam hati Alranita mendengar ucapan wali kelas Erga dan Arga mengenai prestasi kedua anak kembarnya. Tidak dapat dipungkiri kedua anak kembarnya memiliki gen kuat dari ayah kandung mereka. Mahardhika Wiradhana memang seorang siswa berprestasi yang memiliki segudang piala. Alranita kecil perlu berjuang keras untuk berprestasi berbanding terbalik dengan Mahardhika yang memiliki otak cemerlang yang membuat pria itu tidak pernah kesulitan dalam kegiatan pembelajaran yang ia lalui. Alranita berjuang untuk berada di universitas yang sama dengan universitas tempat Mahardhika menempuh pendidikannya. Alranita berjuang keras untuk mengikuti jejak Mahardhika demi tetap berada di dekat pria itu namun balasannya jelas meremukkan dirinya hingga tak berbentuk lagi. Alranita, Erga, Arga dan Moshaira berangkat ke Dufan. Keempatnya bermain bersama mulai dari kora-kora, roller coaster dan bomb-bomb car. Keempatnya beristirahat sejenak pasca bermain bomb-bomb car. Alranita dan Moshaira membeli minum sementara kedua anak kembar itu duduk dengan wajah bahagia mereka. Dari tempatnya Alranita tersenyum hangat melihat senyum di wajah kedua putra kembarnya. Keduanya sedang berbicara satu sama lain dengan wajah antusias dan Alranita bisa menebak kalau keduanya sedang membahas wahana permainan yang tadi sudah mereka mainkan dan keduanya seru membahas rencana mengenai wahana apa lagi yang nanti akan mainkan. Erga dan Arga memang anak-anak yang menyukai kegiatan outdoor khas anak laki-laki yang menantang adrenalin. Lagi-lagi Erga dan Arga kembali mengingatkannya pada Mahardhika di masa lalu. Erga dan Arga seakan mengikuti jejak Mahardhika. Dulu Mahardhika pun menyukai segala bentuk aktivitas outdoor. Mahardhika masuk dalam tim basket sekolahnya dan berhasil masuk dalam tim inti sekolah. Pria itu suka pergi ke taman bermain dan Alranita pasti kelelahan mengikuti banyaknya permainan yang Mahardhika mainkan. "Terima kasih, Ma. Terima kasih, Aunty Mo." Erga dan Arga kompak berucap ketika menerima minum yang di sodorkan minuman dingin dari kedua wanita dewasa yang ada dihadapan mereka. "Kalian mau main apa lagi?" Moshaira bertanya dengan nada penuh semangat. "Yang santai dulu deh sekarang, kita ke rumah miring gimana?" Erga angkat suara. Alranita mengangguk, "Boleh. Kita ke rumahh miring dulu." "Habis itu naik arung jeram. Mama enggak lupa bawa baju ganti buat Erga dan Arga kan, Ma?" Erga dengan cepat angkat suara. Alranita kembali mengangguk, "Mama bawa, kok." Alranita menganggkat satu tas tote bag yang ia pegang menunjukkannya pada kedua anak kembarnya. Erga dan Arga melakukan gerakan tos dengan wajah bahagia lalu dengan antusias berdiri dari tempat duduk mereka dan berjalan di saat Alranita dan Moshaira masih terdiam ditempat mereka. Kedua wanita dewasa itu pun saling bertukar pandang dan tertawa melihat kedua tingkah anak laki-laki yang sebentar lagi akan berusia delapan tahun itu. "Anak-anak lo emang luar biasa kalo main ke Dufan. Mendadak gue berasa wanita jompo ngeladenin mereka main wahana." Moshaira berjalan menyusul kedua anak laki-laki yang sudah seru berdua berjalan dan berbincang entah membahas apa. Kini Erga dan Arga berjalan bersama dengan Moshaira dan Alranita tertawa pelan menyusul ketiganya. Seiring bertambahnya usia, Alranita sadar kalau bahagianya sederhana. Alranita hanya perlu berada di disisi kedua putranya dan Moshaira. Ia perlu melihat senyum kebahagiaan mengembang di wajah Erga dan Arga serta Moshaira. Alranita sanggup melalui kondisi dan situasi apapun asal kedua putranya dan Moshaira berada di sisinya dan semua sudah terbukti dengan tujuh tahun yang sudah ia lalui. Alranita bisa menjalankan perannya dengan sangat baik. Alranita bahkan sanggup melakukan apapun demi menghadirkan senyum kebahagiaan di wajah Erga dan Arga walau tanpa sosok Mahardhika yang seharusnya turut hadir dalam kehidupan mereka. Apa yang Mahardhika lakukan pada Alranita di masa lalu justru membuat Alranita memilih berjuang sendiri saat ini. Seseorang melakukan kesalahan adalah sebuah hal yang wajar namun pada cerita Alranita dan Mahardhika, ketidakwajaran terjadi karena Mahardhika sudah mengenal Alranita sejak mereka kecil. Cassy baru masuk dalam kehidupan Mahardhika saat pria itu berada di bangku SMA dan Bagaimana bisa Mahardhika lebih percaya Cassy yang baru ia kenal dibanding dirinya? *** "Alranita cuti?" Mahardhika membeo informasi yang baru saja pria itu dengar dari Giandra. Giandra menganggukkan kepalanya, "Ibu Rani ada urusan keluarga, Pak. Begitu info yang Ibu Rani sampaikan kemarin maka dari itu Bu Rani mengutus saya ke sini untuk menjelaskan perihal konsep yang Grafika desain persiapkan untuk proyek ini." Mahardhika menatap Azka yang dengan sigap langsung mengambil ponselnya. Pria itu fokus pada ponselnya selama beberapa saat sebelum Azka kembali menatap Mahardhika dan menganggukkan kepalanya pada bosnya. Mahardhika meminta Alranita datang mempresentasikan konsep desain yang sudah Mahardhika sampaikan melalui email. Namun bukannya Alranita yang muncul tapi Giandra yang datang ke ruangan tempat meeting berlangsung. Mahardhika tidak fokus mendengarkan penjelasan Giandra namun isi kepalanya kini sedang penuh dengan urusan keluarga apa yang sedang dilakukan Alranita saat ini. Mahardhika menggila ketika berhasil menemukan Alranita. Mahardhika berusaha mencari tau mengenai Alranita namun data yang ia dapat dari perusahaan Pak Sudibyo nyatanya adalah data lama. Alranita tidak lagi tinggal di apartemen yang tertera dalam cv yang Azka dapatkan dari Pak Sudibyo dan Azka akhirnya mengirim orang untuk membuntuti Alranita demi mencari tau dimana Alranita saat ini tinggal. "Saya akan coba diskusikan konsep yang sudah kalian buat dengan Angga. Saya akan memberi respon melalui email agar segala detail tercatat dan bisa diperhatikan." Mahardhika mengakhiri meeting dengan Giandra dan saat pria itu sudah sendirian dalam ruang kerjanya, Mahardhika pun mencoba menghubungi nomer ponsel Alranita. Hasilnya? Jelas wanita itu tidak mengangkat panggilannya dan pesan yang ia kirimkan pun tidak ada satu pun yang dibaca apa lagi dibalas oleh Alranita. "Orang yang saya kirim masih membuntuti Ibu Alranita. Hari ini Ibu Alranita mengambil rapor kedua putranya di sekolah lalu Ibu Alranita dan kedua anaknya pergi ke Dufan, Pak." Mahardhika menghela nafas panjang, "Saya ingin bertemu dengan orang yang kamu suruh untuk membuntuti Alranita. Segera atur pertemuannya sore ini." Azka dengan patuh menganggukkan kepalanya dan pamit undur diri. Mahardhika tadi hampir mati karena rasa penasarannya mengenai urusan keluarga yang sedang Alranita lakukan. Selain itu pria itu juga penasaran dengan keluarga Alranita saat ini, Mahardhika penasaran dengan pria yang berhasil menikahi Alranita dan menggantikan posisinya di hati Alranita hingga Alranita mau menikahi pria itu karena Mahardhika seratus persen yakin Alranita sangat mencintai dirinya dan masa lalunya bersama dengan Alranita adalah bukti bahwa wanita itu sangat mencintai dirinya. Alranita bukan pacar pertama Mahardhika namun Alranita adalah wanita pertama Mahardhika. Bersama dengan Alranita, Mahardhika memiliki ingatan akan ciuman pertamanya dan wanita pertama yang ia sentuh. Mahardhika terjebak oleh permainan yang ia buat dan berakhir tenggelam dalam kolam yang ia ciptakan sendiri. Mahardhika melakukan kesalahan dan dosa besar memang sebuah kenyataan yang tidak bisa pria itu hapus tapi ia memiliki alasan yang membuatnya bisa menjelaskan kenapa di masa lalu ia menyakiti Alranita. Namun penjelasan itu belum ia jelaskan dengan gamblang karena respon Alranita jelas membuatnya tidak berani melangkah jauh. Alranita jelas terluka dengan ingatan masa lalu mereka dan kalau bisa membunuh dirinya sendiri mungkin Mahardhika sudah melakukannya namun Mahardhika sadar ia perlu tetap hidup untuk menjelaskan semuanya dan menebus dosanya. Dulu Alranita akan selalu tersenyum lebar penuh kebahagiaan saat melihat dirinya dan yang terjadi saat ini di pertemuan mereka beberapa hari yang lalu, wajah pucat Alranita yang muncul ketika wanita itu menatap dirinya. Senyum lebar penuh kebahagiaan itu sudah hilang dan Mahardhika sadar kalau ia adalah penyebabnya. Kini Mahardhika ingin mengembalikan senyum kebahagiaan di wajah Alranita lagi dan Mahardhika yakin senyum itu akan kembali jika mereka kembali bersama. "Pak Ardhi, saya sudah menghubungi orang yang membuntuti Ibu Alranita dan dia menyanggupi datang ke kantor untuk bertemu bapak sore ini."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN