2. Dua keajaiban Alranita

1200 Kata
"Mamaaa!" Alranita baru saja masuk ke dalam apartemen dan menutup pintu apartemen ketika dua anak laki-laki berusia tujuh tahun berlari dengan kecepatan penuh dan wajah berbinar melihat kepulangan Alranita. Wanita yang kini berusia tiga puluh tahun dengan rambut sebahu tersenyum lebar dan berjongkok menyambut kedua putranya yang lahir dari rahimnya itu dengan tangan terbuka dan senyum lebarnya. "Hai, boys. Kalian sudah selesai makan sama aunty Mosha?" "Sudaahhhh!" Alranita mengangkat pandangannya dan mendapati wanita yang lebih dari sekedar sahabatnya itu kini tengah berdiri bersedekap menatap Alranita dan kedua anak laki-lakinya itu. Moshaira menatap tajam kedua anak laki-laki yang ada dipelukan Alranita, "Selesai dari mana?" Moshaira bertanya dengan nada sebal, wanita itu menatap Alranita, "Mas Erga dan Mas Arga gak mau makan sayur lagi tuh." Moshaira mengadu pada Alranita lalu kembali menatap kedua bocah kembar itu, "Ah, capek deh aunty sama kalian." Moshaira melenggang pergi dari tempatnya berdiri lalu Alranita pun langsung menatap kedua putranya dengan tatapan menyelidik. Erga yang memiliki nama lengkap Ergantara Putra dan Arga yang memiliki nama lengkap Argantara Putra pun menundukkan kepala mereka. Dua anak kembar identik itu tidak berani menatap Mama mereka. "Mas Erga sama Mas Arga bohongin Mama?" Alranita bertanya dengan nada lembut dan menatap kedua anaknya secara bergantian. Kepala dua bocah laki-laki itu menunduk semakin dalam, Erga si sulung pun mengangkat kepalanya perlahan dan menatap mamanya, "Maaf, Ma. Erga sama Arga enggak maksud berbohong tapi Erga sama Arga enggak suka sayur. Rasanya kayak rumput, Ma." Alranita yang tadinya sudah mau marah pun spontan tertawa karena ucapan putra sulungnya. Erga memang jauh lebih berani dari pada Arga. "Emang Mas Erga udah pernah makan rumput?" Erga dengan polos menggaruk kepalanya sendiri, bocah laki-laki berusia tujuh tahun itu nampak bingung sendiri, "Belom pernah sih, Ma. Tapi enggak ada yang makan rumput jadi Erga yakin rumput gak enak. Kalo enak kayak Ramen pasti semua orang makan rumput." Tawa Alranita semakin meledak karena jawaban ajaib yang keluar dari mulut putranya. Erga dan Arga memang menyukai ramen dan semua hal akan mereka bandingkan dengan ramen untuk menggambarkan kadar kenikmatan rasa dari jenis makanan lain. Alranita berdiri dari posisinya dan mengajak kedua putranya kembali ke meja makan dimana Moshaira berada. "Ayo, habiskan sayur kalian. Sayur bagus untuk perncernaan dan kulit kalian. Semua orang harus makan sayur demi kesehatan mereka." Alranita memberi pengertian pada kedua putranya yang baru duduk di kursi mereka masing-masing. "Dilanjutin makannya sama Aunty Mo, ya... Mama bersih-bersih ganti baju dulu baru balik ke sini ikut makan malam sama kalian." Ketika kedua putranya memberikan acungan jempol sebagai tanda persetujuan, Alranita baru pergi meninggalkan meja makan menuju kamar yang ia tempati bersama kedua putranya. Alranita hidup bersama Moshaira. Keduanya tinggal bersama dan bersama Moshaira, Alranita melalui masa-masa kehamilannya. Siapa yang menyangka kalau Tuhan menitipkan dua janin sekaligus dalam kandungannya dan semakin bertambahnya usia kandungannya, Alranita merasakan rasa sayang yang begitu teramat sangat padahal Alranita belum bertemu dengan kedua anaknya saat itu. Untungnya takdir masih berbaik hati dengan Alranita. Kehadiran Moshaira membuat Alranita tidak merasa sendiri dan seakan takdir turut berduka dengan apa yang Alranita alami, takdir menuntun kehidupan Alranita dan Moshaira ke kehidupan yang lebih baik. Bagi Alranita, sosok Alranita Aryadwipa sudah mati. Kini sosok Alranita Sasmita-lah yang berjuang hidup dengan dua anak laki-laki berusia tujuh tahun yang ada di sisinya selama ini. Alranita dan Moshaira sukses bekerja di kantor yang berbeda dengan latar pendidikan mereka masing-masing. Alranita sukses menjadi seorang desain interior yang cukup diandalkan di kantornya sedangkan Moshaira sukses menjadi manager research and development di sebuah perusahaan besar. Perlahan tapi pasti pundi-pundi mereka terisi dan keduanya berdiri menggunakan kaki mereka sendiri. Awalnya Alranita dan Moshaira tinggal di sebuah unit apartemen sewaan namun saat melihat sebuah iklan penjualan apartemen yang baru akan dibangun, sebuah unit apartemen yang sangat besar disebuah kawasan yang cukup elit. Keduanya jatuh cinta dengan unit contoh yang mereka datangi. Setelah berdiskusi dan memperhitungkan kemampuan mereka dan mempertimbangkan demi kenyamanan mereka nantinya, keduanya mantap membeli satu unit yang cukup besar yang tentunya muat untuk mereka berdua dan si kembar nantinya. Dalam apartemen dengan empat kamar tidur dan dilengkapi oleh dapur dan sistem keamanan yang sangat ketat kini Alranita, dua anak kembarnya dan Moshaira hidup bersama. Selain itu Alranita dan Moshaira pun mempekerjakan sepasang suami istri yang dulunya bekerja pada keluarga Moshaira untuk membatu mereka dalam kegiatan sehari-hari. Pak Dirman dan Bik Tarmi yang tiap hari bersama dengan si kembar. Keduanya datang di pagi hari dan pulang saat Alranita atau Moshaira sudah sampai di rumah. Alranita keluar dari kamarnya dan tersenyum. Hatinya tidak berhenti mengucapkan syukur karena ia dipertemukan dengan Moshaira. Melihat bagaimana Moshaira juga menyayangi kedua anak kembarnya membuat Alranita merasa bahwa ia tidak sendiri. Moshaira adalah sahabat sekaligus saudara baginya karena Moshaira yang selalu memberinya dorongan dan semangat padanya di saat apapun. "Gue tau apa yang bakal elo hadapin nanti sama sekali enggak mudah tapi dua janin dalam kandungan elo enggak salah sama sekali. Mereka hadir pun bukan karena permintaan mereka dan jangan pernah ngerasa sendiri karena elo punya gue. Gue bakal bantu elo ngelewatin semua ini." "Tapi, Mo..." "Lo tau kenapa orang tua gue cerai? Mereka bercerai karena bokap gue marah sama nyokap gue yang hamil gue. Bokap gue belum mau punya anak tapi nyokap gue enggak melakukan pencegahan dan berujung hamil. Padahal kehamilan itu pun terjadi karena mereka saling berhubungan, Pahitnya nyokap gue pun mempertahankan kandungannya karena Eyang gue melarang nyokap gue mengugurkan gue yang masih dalam kandungan saat itu. Gue ini enggak diinginkan, Ran. Gue ngerti rasanya lahir jadi anak yang enggak diinginkan dan rasanya itu menyakitkan. Gue enggak mau anak lo ngerasain hal yang sama." Semenjak kedatangan Alranita ke Jakarta, Alranita tidak pernah berpisah dengan Moshaira. Seperti Moshaira yang menemani Alranita, Alranita pun melakukan hal yang sama ketika Eyang satu-satunya yang tulus menyayangi Moshaira meninggal dunia. Sejak saat itu Alranita dan Moshaira sadar bahwa mereka hanya memiliki satu sama lain. Alranita duduk di kursi yang biasa ia duduki. Alranita mulai menyendok makan malamnya lalu memperhatikan kedua putranya yang sedang berjuang memakan sayur mereka. Alranita tersenyum namun senyum itu tidak sampai kehatinya karena Alranita menyadari bahwa kedua putranya adalah jiplakan dari pria yang mengkhianatinya itu. Mulai dari postur tubuh, wajah mereka hingga makanan yang mereka suka dan tidak suka pun menyerupai pria itu seakan mereka ingin menunjukkan bahwa mereka berdua adalah darah daging pria yang sudah mengkhianati mama mereka. "Ma, jumat besok ada pembagian rapor. Jadi mama atau Aunty Mo yang akan datang ke sekolah Erga dan Arga?" Pertanyaan Erga membuyarkan lamunan Alranita. "Maaf, Mas Erga. Mama enggak denger pertanyaan Mas Erga. Boleh diulangi lagi pertanyaan Mas Erga?" "Erga tadi tanya nanti pembagian rapor, elo atau gue yang dateng ke sekolah, Ran." Moshaira mengulangi pertanyaan Erga. Alranita menatap Moshaira dan mengangguk paham dan menatap ke arah putra sulungnya, "Mama lupa bilang ya... Maaf ya, Mas Erga, Mas Arga... Mama sama Aunty Mo udah diskusi soal itu dan nanti Mama dan Aunty Mo sama-sama akan datang lalu kalau urusan di sekolah sudah selesai, kita jalan-jalan ke dufan mau?" "MAAUUUU!" Erga dan Arga kompak menjawab pertanyaan Alranita. Senyum mengembang di wajah Alranita dan Moshaira. Keduanya hidup berdampingan dengan luka dalam diri mereka namun keduanya tidak akan membiarkan dua bocah laki-laki yang ada bersama mereka saat ini merasakan hal yang sama. Alranita akan membahagiakan mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN