Raihan masuk. Luna sudah di pindah ke ruangan rawat inap. Gadis itu tampak sedang menatap kosong ke langit-langit. Kepalanya diperban. "Lu, kamu baik-baik saja?" Raihan menyapa Luna. Gadis itu terlihat kaget, Luna menatap pria yang berdiri di depannya. Serasa mimpi tahu gak? Padahal Luna merasa jika dia dan Raihan akan jarang bertemu. Ya, benar. Papa sudah mulai menyuruhnya untuk kerja di perusahaan. Mau tidak mau, Luna adalah satu-satunya penerus. "Mas Rai? Kok tahu saya di sini?" Luna balik bertanya. "Kamu gak apa-apa kan? Mana yang terluka?" Raihan tidak bisa menyembunyikan rasa paniknya. "Oh, gak ada sih. Apalagi Mas Rai datang menjenguk. Rasa sakitnya hilang, lho. Asli!" Luna malah tersenyum geli. "Kamu ya, lagi darurat begini juga masih aja bisa bercanda. Saya serius, gak ada