Dengan langkah gontai, Raihan akhirnya meninggalkan rumah sakit. Ternyata melepaskan seseorang yang ada di depan mata lebih sakit rasanya dibanding kehilangan untuk selamanya. Raihan tidak langsung pergi. Ia duduk di atas motornya. Tak lama, tampak Ragil ditemani oleh Sinta dan Amar berjalan masuk ke rumah sakit. Mereka sudah datang. Ya, setidaknya Raihan sudah memastikan Luna tidak sendirian di dalam sana. Walau berusaha ikhlas, tapi tetap saja rasa sesak itu ada. Ragil begitu bersemangat dan antusias. Wajahnya berbinar. Ya, tentu saja. Adiknya sudah dapat restu dari ayah mereka. Sengaja Raihan menjalankan motornya dengan sedikit pelan. Beberapa kali ia menghela nafas panjang. Sesakit ini rasanya. Walaupun pria yang akan menjaga Luna adalah adiknya sendiri. Tapi tetap saja rasanya sa