Otak Saya Nge-hank, Mas!

1026 Kata
"Harusnya memakai hijab itu bukan hanya di depan saya aja. Tapi di depan semua orang yang memang bukan muhrim kamu juga harus tertutup aurat." Raihan menjelaskan tentang bagaimana seharusnya wanita menutup auratnya. Sebenarnya pria itu sedikit merasa geli sendiri, ternyata benar apa kata Abah, masih banyak orang di luar sana yang belum faham tentang agama. Ya, salah satunya adalah Luna. Gadis yang sedang berdiri cengengesan di depannya. "Ya udah, saya ke kamar dulu ya? Gak pake jubahan gak apa kan? Baju kemarin kotor," ucap Luna sebelum masuk ke kamarnya. Raihan duduk di bawah yang memang dilapisi oleh karpet permadani tebal yang hangat dan lembut. Sepertinya ini ruangan khusus untuk belajar. Ada beberapa piala di lemari kaca. Di dinding ruangan juga tampak foto Luna yang sedang mendapatkan hadiah atau penghargaan. Penasaran, Raihan akhirnya berdiri dan melihat-lihat. Ternyata Luna pandai berenang dan memanah. Gak nyangka sih, gadis seperti Luna ternyata memiliki keahlian di bidang olahraga yang disukai oleh Rasulullah Saw. Entah gadis itu tahu tentang hal ini atau tidak. "Begini gak apa kan?" Luna kekar dari kamarnya. Tampak gadis yang berdiri di depannya itu memakai hoodie ungu muda. Kepalanya memang ditutup, tapi bukan pakai kerudung melainkan dengan hoodie. "Kalau gak ada gak apa, Luna. Nanti ke depan kalau hendak belajar ngaji sama saya lagi, kamu harus beli kerudung dan pakaian yang menutupi aurat," ucap Raihan. Luna tersenyum geli dan mengangguk, "Siap, Mas. Sekarang kita mulai belajarnya?" Raihan mengangguk. Keduanya lalu duduk berhadapan di atas karpet permadani tebal yang hangat. Raihan mengeluarkan buku dari tasnya. Eh, bukan ding! Sepertinya itu Al-Qur'an. "Coba kamu baca ini. Satu halaman saja. Bisa?" ucap Raihan. Pria itu memberikan kitab yang barusan dikeluarkan dari tasnya itu. Luna menerimanya. Wah, lumayan tebal juga ya? Ia lalu membuka buku itu. Weh, mana tulisan latinnya!? "Gimana? Bisa gak?" tanya Raihan lagi setelah beberapa saat gadis itu diam dan hanya melihat-lihat serta membuka halaman demi halaman dari Al-Qur'an. "Mas, boleh saya bertanya?" Luna menggubris pertanyaan yang diucapkan oleh Raihan. "Tentu. Mau tanya apa?" ucap Raihan. "Dari tadi saya buka-buka isi bukunya kok tulisan Arab semua? Saya bukan orang Arab. Mana bisa saya baca beginian?" Luna mengerutkan keningnya. Raihan makin merasa geli sendiri. Ada ya tipe wanita macam Luna? Ceplas ceplos tanpa memikirkan apa yang terucap dari bibirnya. "Itu Al-Qur'an, Lu." Raihan menjawab dengan nada tenang. "Iya, saya tahu. Tapi kan biasanya ada tulisan latin di bawahnya gitu lho, atau ada terjemahan juga. Ini kok gak ada?" Raihan tersenyum geli, "Tidak semua Al-Qur'an ditulis dengan arti dan beserta tulisan latinnya." "Terus ini cara bacanya gimana?" Luna bertanya lagi. Dia sebenarnya agak malu sih. Ketahuan gak bisa baca Al-Qur'an oleh pria di depannya ini. Untungnya, Raihan tipe pria yang tidak suka mengejek kayak si Mardi. "Baik, kalau begitu, kamu belajar dari dasar saja dulu ya?" Raihan terlihat menyimpan kembali Al-Qur'an miliknya. Raihan mengeluarkan buku lain berisi tentang pelajaran dasar membaca Al-Qur'an. Dengan sabar dan telaten, Raihan mengajarkan Luna tentang huruf Hijaiyah. Bukan Luna namanya jika bisa fokus pada apa yang diajarkan pria tampan di depannya. Saat Raihan mengajarkan tentang huruf Hijaiyah, Luna malah sibuk menatap Raihan tanpa kedip. Ya ampun, betapa tampannya Raihan. Wajahnya sangat teduh dan membuat nyaman. Apalagi saat bibir pria itu bergerak-gerak mengucap huruf Hijaiyah yang sedang dipelajari Luna. Seksi sekali. Sayang, Raihan enggan bertatap mata secara langsung dengannya. Ugh, berdekatan begini, sungguh membuat jantung Luna tidak aman. Dari tadi berdebum tak karuan. Seperti suara musik club yang menghentak-hentak. "Coba sekarang giliran kamu baca yang ini," ucap Raihan. Pikiran Luna makin jauh. Andai bibir seksi itu diajak berduel dengan bibirnya, ugh, pasti nikmat dan bikin ketagihan. Sensasi hangat dan basah yang menggoda. "Lulu? Luna?" Raihan mengibaskan tangannya ke depan wajah Luna. Tatapan Luna masih anteng ke wajah Raihan. Tuh lihat, saat bicara malah makin seksi. Ah, rasanya Luna ingin menikmati keindahan paras tampan Raihan lebih lama lagi. "Nona Mezzaluna?" Raihan sedikit menaikkan volume suaranya. "Ha? Apa?" Luna terperanjat kaget. Buset, baru kali ini ia mendengar Raihan memanggil namanya agak keras. Bahkan dengan nama lengkapnya. "Kamu kenapa malah melamun?" Raihan mulai greget. Harus ekstra sabar ternyata. Mengajari Luna lebih sulit dibanding mengajari anak TK. "Ha? Saya gak melamun kok. Hanya sedang menyimak penjelasan dari Mas Rai. Ayo lanjutkan lagi penjelasannya," Luna tersenyum manis. "Sekarang kamu baca ini. Saya udah jelasin. Huruf apa tadi?" tanya Raihan lagi. "Ha? Mana?" Luna menatap ke arah telunjuk Raihan. "Ini huruf apa?" tanya Raihan. "Oh itu. Angka satu?" Raihan beristighfar. "Astaghfirullah." "Ha? Apa? Jadi ini astaghfirullah?" tanya Lulu dengan wajah polosnya. Beneran gak tahu weh, Luna tadi sama sekali tak mendengar ucapan Raihan. Ia hanya asyik menikmati keindahan wajah Raihan dari dekat. Raihan tampak menghela nafas panjang. "Coba saya ulangi ya, Lu. Perhatikan ke sini." "Oh oke." Luna mengangguk. Ah, rasanya Luna ingin dihalalkan oleh pria ini detik ini juga. Mana tahan ya ampun. Ternyata pesona pria berjenggot sungguh tak ada dua. "Ini namanya Alif. Jika diberi syakal yang bentuknya seperti ini maka dibaca A." Raihan mengulangi lagi penjelasannya. Sayang, penjelasan dari Raihan malah seperti nada lagu yang indah di telinga Luna. Masuk ke telinga kiri lalu keluar dari telinga kanan. "Mas Rai, sejak kapan punya jenggot? Lucu dan manis jenggotnya ya?" ucap Luna sambil tersenyum geli. Ah, gak kuat gemes! "Luna, kamu mau belajar mengaji atau tidak?" Akhirnya Raihan terlihat kesal. "Ha? Oh tentu dong. Saya mau bisa baca buku yang tadi." "Bukan buku. Itu kitab suci Al-Qur'an." "Ah, iya benar. Saya mau bisa baca Al-Qur'an dengan benar." Raihan mengangguk. "Tentu. Makanya kamu harus fokus kalau mau bisa. Pikiran kamu jangan diajak tamasya kemana-mana. Lihat ke sini." Raihan menunjuk lagi ke huruf Hijaiyah yang sedang ia ajarkan ke Luna. "Siap, Mas!" Luna mengangguk semangat. Beberapa kali ia menepuk jidatnya. Fokus, Lu! Walau godaan berat terpampang di depan mata. Raihan kembali menjelaskan dengan sabar. Kali ini, Luna terlihat fokus. Walau sesekali masih mencuri pandang ke wajah pria itu. Akhirnya Luna mampu mempelajari halaman satu dari buku itu. Sebenarnya gak sulit sih. Hanya saja kalau yang mengajarnya pria setampan Raihan, otaknya sedikit nge-hank. Normal kali ya, setiap melihat wajah Raihan, rasanya sekujur tubuh Luna meronta ingin bercinta! "Nah, itu kamu bisa." Raihan tampak lega. "Hehe, maaf, Mas. Otak saya nge-hank melihat wajah Mas Rai."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN