Dona, Cookies dan Oma

1173 Kata

Mama datang sambil marah-marah. Di belakang Mama ada Papa yang hanya menggeleng-gelengkan kepala kemudian berucap dengan pelan, “Sudah, Ma. Dari di perjalanan, lho, ngomelnya. Apa nggak capek?” “Nggak bisa begini, Pa!” berang Mama. “Jihan mana? Mama butuh Jihan sekarang. Mama banyak berhutang maaf sama anak itu. Ya Allah, Pa, Mama sampai nggak punya muka lagi. Rasanya Mama marah sekaligus malu, Pa.” “Jangan terlalu dipikirkan dan jangan menyalahkan diri, Ma.” Diusap-usap Papa bahu Mama yang terasa tegang. “Jangan juga berpikiran negatif dulu. Siapa tahu itu hanya teman saja.” “Teman macam apa yang pelukan sama ciuman di tengah umum, Pa?” Tangan Mama sampai memijit-mijit pelipis. “Papa ingat dulu waktu sebelum nikah, Argan pernah ke sini terus jadi imam salat isya berjamaah? Itu bikin Ma

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN