Di saat seisi ruangan mendapat imbas kebahagiaan karena Mbak Vera hamil, Jihan justru memilih menepi di kubikelnya dengan tatapan terpaku pada ponsel. Perasaan Jihan antara lega sekaligus sedih saat membaca kembali pesan yang dikirim Mama dari tiga hari yang lalu, di sana tertulis kalau ada surat panggilan sidang dari pengadilan agama dan Mama langsung membakarnya tanpa sempat surat itu sampai pada Jihan. Seperti yang Argan inginkan, Jihan tidak menghadiri sidang pertama ini. Jihan pasrah sekaligus seperti orang bodoh, membiarkan posisinya sebagai orang yang bersalah dan tidak punya keinginan untuk merevisi permohonan perceraian karena Jihan yakin tidak akan menang melawan Argan. Untuk mengurangi sedikit kekalutan pikirannya, Jihan membuka dm i********: dan memulai obrolan lebih dulu den