“Oiya, saya harus temui bu Sindi, Sara. Maaf,” ucap Ihsan tiba-tiba, dia tanpa sengaja melihat Sindi yang tampak mendekati seorang staff dan bercakap-cakap di dekat pintu masuk dapur. Hampir saja Sindi berbalik, Ihsan dengan cepat mencegatnya, lalu mereka berdua berbincang. Sara memperhatikan Ihsan dan Sindi yang akrab, penuh senyum, dan Sindi yang sesekali memperbaiki rambutnya, lalu memasang wajah penuh senyum ke Ihsan. Perasaan Sara berubah sebal, menyadari bahwa Ihsan dan Sindi tampak serasi dari kejauhan, dengan usia mereka yang pas jika berpasangan. Mungkin saja Ihsan memang sudah memiliki pasangan, dan bukan perempuan muda seperti dia, tapi perempuan seperti Sindi. Entahlah, dia merasa gamang. “Masih status pacaran, Sara. Sebelum ada janur kuning melengkung, kamu masih punya kesemp

