Mia tiba-tiba tergelak. “Bukan … bukan itu, Om. Aku … entahlah, Sara berubah sekarang, dan dia yang menurutku kurang baik … buat Om. Dia … dia—” “Hei, nggak apa-apa. Om tahu apa yang akan Om lakukan. Kamu masih ingat tentang Rita? Dia juga suka sama Om, tapi dia mundur menyadari bahwa dia yang kurang elok berpasangan dengan pria yang lebih pantas disebut papa. Om yakin Sara yang juga lama-lama menyadarinya.” Mia memperhatikan wajah Ihsan dengan seksama, menurutnya Ihsan cukup tampan dan tidak terlalu tua, lalu dia yang masih pantas berpasangan dengan perempuan muda. Dia mengusir perasaan anehnya, lalu mengangguk, memahami maksud dari penjelasan Ihsan, bahwa dia yang tidak perlu mengkhawatirkan Ihsan berlebihan. “Terima kasih, Om Ihsan,” ucapnya seraya melepas sabuk pengamannya. “Om ingi

