Mata Mia memang terpejam, dan dia yang ingin sekali cepat tidur, melupakan kejadian di ruang depan beberapa waktu lalu. Tapi dia merasa gelisah, mengingat betapa hangatnya ciuman bibir Ihsan dan sentuhan lembut tangan pria matang itu di pinggangnya. Mia jadi tidak bisa tidur karenanya. Mia meraba-raba perutnya, masih merasakan tangan besar yang mendekapnya erat, seolah tidak mau melepasnya. Mia sadar ini tidak seharusnya terjadi, dan ini adalah sesuatu yang terlarang, karena Ihsan adalah calon mertuanya. Dia mengakui bahwa ini pertama kalinya dia merasakan kehangatan luar biasa dari perhatian dan sentuhan seorang pria. Aroma lembut guling serta empuknya kasur tidak serta membuat Mia mengantuk. Dia bangkit dari rebahnya, dan duduk di tepi tempat tidur, menatap hampa lantai kamar, dan d

