Ayana sudah diseret keluar dari dalam kamarnya, Jey mengepalkan tangannya. Pria itu merasa kesal dan marah. “Bisa-bisanya aku kehilangan Nida. Tidak! Aku harus sembuh! Tidak akan aku biarkan Rafa memilikinya! Tidak akan pernah!” Gumam Jey dalam hati. “Tunggu aku, Nida. Aku akan menjemputmu.. tunggu aku sebentar lagi.” Gumamnya pada dirinya sendiri. Jey mencoba turun dari atas ranjangnya. “Tuan? Tuan Muda mau ke mana?” Markus segera memegangi lengan Jey, pria itu cemas jika Jey sampai terjatuh. “Aku harus bisa berjalan, aku harus menjemput istriku.” Serunya seraya menoleh ke arah Markus, kepala penjaga itu. “Iya, Tuan. Sebenarnya Tuan bisa memerintahkan kami untuk menjemput Nyonya. Tuan Muda tidak perlu turun tangan sendiri.” Ucapnya dengan kepala menunduk. “Ya, kalian pergi bersamak