Savana mengangguk. “Kak Dewa meminta aku untuk datang menemuinya. Katanya ingin memberikan pekerjaan buatku di Niskala Corp,” jawabnya jujur.
Hening sejenak. Keduanya seperti kehabisan kata – kata. Hingga akhirnya, Bayu pun kembali bersuara.
“Apa kamu cemburu melihat mantan suamimu berdekatan dengan perempuan itu?”
Savana menoleh, matanya membulat menatap Bayu. Dia sangat terkejut dengan pertanyaan Bayu Arghadana. “Maksud…Mas Bayu?”
Sadar melihat Savana seperti tidak suka dengan pertanyaanya, Bayu pun kembali berucap. “Tidaka apa – apa, lupakan saja,” ucapnya sambil tersenyum sambil.
Savana menarik nafas dalam, lalu berucap. “Aku sama sekali tidak cemburu melihat mereka berdekata, bahkan sampai bermesraan sekali pun.” Sorot mata Savana memancarkan aura kebencian. "Aku Cuma kesal dengan tuduhannya. Dia menganggap aku w************n yang mau dijadikan simpanan seseorang,” sambungnya sambil mengepalkan tangannya menahan kemarahan.
“Sudalah, biarkan saja. Lagi pula dia itu belum tahu siapa kamu. Sebaiknya sekarang kamu lebih focus pada pekerjaan yang akan diberikan kakakmu nanti,” ucap Bayu mencoba menenangkan Savana.
Mendengar kata – kata Bayu, Savana mengangguk. “Tentu saja. Aku akan focus dengan tugasku. Aku tidak akan menolak perintah kak Dewa, aku akan menerima dimana pun aku ditempatkan natinya. Dan bila saatnya tiba, aku akan menunjukan diriku yang sebenarnya pada mereka.”
“Bagus, kamu memang cerdas, Savana. Aku akan selalu mendukungmu,” ucap Bayu sambil tersenyum.
Savana yang tengah memandangi wajah tampan pria itu pun langsung menunduk, untuk menyembunyikan wajahnya yang merah merona, saat mendengar kata pujian yang dilontarkan Bayu padanya.
Sikap lembut dan penuh perhatian yang ditunjukan Bayu padanya, membuat wanita itu merasa nyaman saat didekatnya. Apa mungkin perasaan itu masih ada setelah lima tahun berlalu? Kalau memang masih ada, tentu saja hal yang sangat wajar. Mengingat Bayu adalah cinta pertamanya, walau pun belum sempat diucapkan.
Setelah beberapa saat, pintu lift pun terbuka. Savana dan Bayu pun melanjutkan perjalanan menuju ruang Presiden Direktur, untuk bertemu dengan Dewa.
Sesampainya didepan kantor presiden direktur, Savana dan Bayu pun dipersilahkan masuk oleh Wendy yang merupakan asisten Dewa yang sudah menunggunya.
Didalam kantor, tampak Dewa sudah menunggunya. “Kok lama?” tanya Dewa sambil menatap Savana yang berjalan berdampingan dengan Bayu menghampirinya. “Kalian…berangkat bareng?!" ucapnya lagi sambil menoleh kearah Bayu.
"Kebetulan, tadi aku ketemu Savana di Lobi,” jawabnya sambil duduk disamping Savana yang sudah duluan duduk.
Savana menarik nafas lega, karena Bayu tidak mengatakan pertengkarannya dengan Andika waktu di lobi tadi.
Setelah hening sejenak, Savana pun buka suara. Dia langsung bertanya pada Dewa. “Apa yang ingin kakak katakana padaku? Apa aku akan ditempatkan kakak di salah satu Devisi disini?”
Dewa tersenyum lalu menjawab. “Sabar sebentar, adik manis.” Balasan Dewa membuat mata Savana membulat, saat Dewa memanggilnya dengan sebutan adik manis.
Kalau saja ditempat itu tidak ada Bayu, sudah pasti Savana akan ngomel dan merajuk pada kakaknya.
Dewa menyapu pandangan pada Savana dan Bayu secara bergantian, lalu berkata. “Karena kamu sudah datang, dan kebetulan juga ada Bayu disini, aku akan mengumumkan. Kalau mulai hari ini, Savana adalah Presiden Direktur Niskala Corp.”
Savana terkejut, “Apa?! Kakak mengangkatku menjadi Presiden Direktur NISKALA Corp? apa kaka yakin aku mampu?”
Pikir Savana kakaknya hanya akan memberikan posisi sebagai kepala Devisi di Niskala Corp? tapi, kenyataanya, Dewa malah mengangkatnya menjadi Pimpinan tertinggi Niskala Corp.
Dewa menatap Bayu yang duduk bersandar dengan salah satu kakinya ditumpangkan ke kaki yang lain. “Bagaimana menurutu?...”tanyanya.
“Ide bagus,” jawabnya singkat, namun sukses membuat Savana menoleh kearah Bayu. Savana tidak menyangka kalau pria disampingya malah mendukung keputusan kakaknya yang dianggap terburu – buru.
Dewa menyandarkan punggungnya ke sofa, lalu kembali berucap. “Karena Bayu pun setuju, mulai hari ini kamu akan bertanggung jawab menjalankan perusahaan ini. Tunjukan kemampuanmu untuk bisa meningkatkan dan memajukan Niskala Corp."
“Tapi, kak!” Savana mecoba untuk protes. “Sebaiknya dipikirkan kembali keputusan ini. Posisi Presiden Direktur adalah posisi yang sangat penting. Tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, terutama aku, yang sama sekali tidak memiliki pengalaman memimpin sebuah perusahaan.”
Savana ragu dirinya akan mampu menjalankan tugas sebagai Presiden Direktur. Selain dari membantu Dewa dalam Menyusun laporan keuangan, Savana tidak memiliki kemampuan lain. Apalagi kuliahnya hanya sebatas S1 satu, dan itu pun bidang ekonomi. Tentu saja Savana sangan minim pengalaman dibidang itu.
Mendengar penolakan adiknya, Dewa Nalendra pun tersenyum. “Kalau masalah itu kamu gak perlu khawatir. Sebagai pemilik enam puluh persen saham perusahaan, tentu saja aku memiliki hak penuh untuk mengangkat siapapun menjadi Presiden Direktur NISKALA Corp. Jadi, tidak ada masalah untuk hal itu.”
“Aku ragu dengan kemampuanku. Bagaimana kalau perusahaan nantinya merugi dibawah kepemimpinanku?" tanya Savana.
“Itu…bukan masalah,” jawab Dewa santai. “Yang penting kamu mau berusaha dan belajar,” tegasnya.
Savana mencoba menjelaskan tentang dirinya. Dan seharusnya Dewa Nalendra tahu hal itu, kalau adiknya ini tidak cukup kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin, karena kuliahnya pun tidak sampai selesai, keburu menikah dengan Andika Mahesa.
“Bagaimana kalau aku tidak mampu mengembangkan perusahaan, dan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian?” tanya Savana.
Savana mendengus kasar. Dia benar – benar frustasi karena Dewa bersikeras tetap dengan keputusannya. Akhirnya Savana pun mengalah.
“Baiklah, aku terima jabatan ini tapi dengan syarat. Tolong kakak jangan menyebut namaku saat mengumumkan pengangkatan ini ke public, karena aku tidak ingin keluarga Permana tahu siapa aku sebenarnya.”
Dewa mengerutkan dahinya, lalu bertanya. “Kenapa? Kenapa kamu tidak ingin identitasmu diketahui oleh orang banyak? Apa kamu tidak bangga menjadi bagian dari keluarga Nalendra?” ucapnya keberatan dengan syarat yang diajukan Savana.
“Bukan begitu, kak,” bantah Savana. “Ini adalah awal dari rencanaku untuk membalas sakit hati atas perlakuan mereka padaku. Aku harap, kakak dan Mas Bayu bisa ambil bagian dari sandiwara ini. biarkan mereka masih menganggap aku hanya perempuan miskin seperti yang dituduhkan, karena pada akhirnya semua akan terbongkar secara sendirinya.”
Savana kembali menambahkan. “Diacara hari jadi Niskala Corp nanti, baru kakak umumkan siapa aku sebenarnya. Dan aku berharap, diacara hari jadi Niskala Corp semuanya diundang, termasuk keluarga Permana. Aku ingin melihat reaksi mereka saat tahu siapa aku.”
“Ide bagus.” Bayu langsung menimpali. “Aku rasa ide Savana ini perlu kita dukung sepenuhnya. Aku sendiri akan mengikuti permainan Savana dalam perjalanannya membalas sakit hati terhadap perlakuan mereka.”
Mendengar itu, Dewa mengangguk. Sepertinya dia pun setuju dengan rencana Savana. “Baiklah. Kakak akan merahasiakan identitasmu untuk sementara waktu, sampai hari jadi Niskala tiba. Berarti masih tiga minggu lagi menuju hari jadi Niskala yang ke tiga tahun.”
Savana menarik nafas lega. Sementara Dewa menoleh kearah Wendy yang sejak tadi berdiri menunggu perintah. “Kamu dengar yang baru saja kami bicarakan?”
Wendy mengangguk. “Tentu saja Tuan, saya akan menjalankan semuanya sesuai dengan apa yang tuan katakana pada saya. Dan saya juga akan merahasiakan identitas Nona Savana kepada siapapun, termasuk keluarga saya,” jawab Wendy dengan tegas.
“Bagus, mulai sekarang, Savana adalah bos kamu disini. Aku serahkan Savana sama kamu, bantu dan jaga dia sesuai apa yang aku katakana tadi.”
Wendy kembali mengangguk. “Baik, tuan Dewa”
Merasa semuanya beres dan tidak perlu dibicarakan lagi, Dewa pun berdiri. Sambil menoleh kearah Bayu. “Yuk kita bahas urusan kita di Nalendra Enterprise.”
Tanpa menunggu jawaban, Dewa langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan. Sedang Bayu dia pun berdiri. Namun sebelum pergi pria itu melirik pada Savana. “Aku yakin kamu bisa. Kalau ada apa – apa aku akan siap membantumu.”
Sama seperti halnya Dewa, Bayu pun tidak menunggu jawaban Savana, dia pun ikut melenggang pergi, meninggalkan Savana yang hanya mampu menarik nafas berat.
Savana sama sekali tidak percaya kalau saat ini dirinya adalah presiden direktur Niskala Corp.
Perusahaan yang memiliki aset triliunan itu pun kini berada dalam genggamannya. Walau pun sebenarnya berat tapi ini adalah senjata ampuh yang diberikan kakaknya untuk menjalankan Savana membalas perlakuan keluarga Permana padanya.
Namun walau demikian, hatinya masih ragu dengan jabatan ini. Apa yang akan terjadi dengan Kirana kalau Savana sibuk terus dengan urusan kantor? Apakah akan masih bisa Savana menamani putrinya bermain? Kalau masalah mengurus Kirana saat ini pun sudah ada suster yang menjaga dan merawat Kirana.
Melihat Savana masih terdiam, Wendy pun memberanikan diri berucap. “Bu…mulai hari ini saya akan menjadi asesten anda…Karena nona sudah resmi sebagai presiden direktur, ini ada beberapa dokumen yang harus nona periksa,” tambahnya.
Mendengar itu, Savana pun tersenyum dan mengangguk. Tidak ada pilihan lain baginya saat ini, selain dari mengikuti apa yang sudah dijadwalkan oleh Wendy. Karena Wendy adalah sekretaris pribadinya yang ditugaskan Dewa untuk membantunya.