Walau sebenarnya masih berat Savana menerima jabatan sebagai presiden direktur, tapi sepertinya ini lebih baik untuk menjalankan rencananya memberi pelajaran pada Andika. Dan juga Ziya.
Bersama Wendy Savana pun mulai mempelajari situasi perusahaan. Semua penjelasan dari Wendy dicerna dan diingat oleh Savana. Dan setelah hampir empat jam, Savana pun mulai memahami. Dan kini tinggal menjalankan tugasnya sebagai presiden direktur yang baru.
“Beberapa hari yang lalu, tuan Dewa membuka lowongan kerja, dan ini adalah nama – nama dari beberapa karyawan baru untuk posisi penting, dan semuanya perlu persetujuan nona.” Wendy menyodorkan sejumlah dokumen yang dikirim dari Personalia. “Silahkan diperiksa, kalau tidak ada masalah silahkan ditanda tangani.”
Savana mulai memeriksa dan menanda tangani satu persatu dokumen yang disodorkan Wendy dari Personalia. Namun seketika tangannya berhenti bergerak, matanya tertuju pada sebuah nama yang tertera disana.
‘Andika Permana?!’ Savana memicingkan matanya menatap tajam surat permohonan tersebut. ‘Jadi, kedatangan mas Andika tadi itu, untuk melamar kerja disini?’ batinnya.
Savana baru sadar, bahwa dulu sebelum mereka bercerai Andika pernah mengatakan, bahwa Ziya akan membantunya menjadikan Andika Manager di Niskala Corp.
Wendy yang sudah mendapatkan arahan dari Dewa tentu sudah mengetahui beberapa masalah pribadi Savana. Dengan cepat wanita itu pun berniat mengambil berkas punya Andika.
“Maaf Nona , seharusnya berkas dikembalikan lagi kepihak Personalia dengan alasan pengajuan ditolak,” ucap Wendy dengan wajah sedikit pucat. Takut Savana tersinggung melihat ada nama Andika dalam pengajuan permohonan itu.
“Tidak perlu.” Wendy terkejut, dan Savana kembali menegaskan. “Terima saja,” ucapnya sambil mencoret jabatan yang diminta Andika,” Tempatkan dia di posisi ini,” sambungnya sambil menuliskan bagian yang cocok untuk Andika.
Wendy tersenyum lalu mengangguk. “Tentu saja, saya akan segera mengabarkannya ke bagian Personalia,” ucapnya sambil berbalik untuk kembali kemejanya.
“Tunggu!” Wendy pun mengentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap Savana yang sudah berdiri dan berjalan menghampirinya. “Tidak perlu kamu yang menyerahkan. Panggil Manager Personalia kemari,” ucap Savana.
“Baik, Nona ,” Wendy kembali mengangguk, lalu berjalan menuju mejanya, kemudian menghubungi Manager Personalia dan memintanya untuk menghadap presiden direktur yang baru.
Setelah memberi perintah pada Wendy, Savana pun kembali kemejanya dan duduk bersandar sambil menautkan jari – jari tangannya sambil tersenyum puas. ‘Apakah kamu akan suka dengan hadiahku, Mas Andika?’ batinnya sambil menggoyang – goyangkan tubuhnya diatas kursi.
Diwaktu yang sama, Andika sedang berada di rumahnya bersama Ziya. Keduanya sengaja menunggu kabar di rumah Andika, karena ingin memberikan kejutan kepada Ibunya saat pihak Niskala menghubunginya nanti.
“Makasih ya Nak Ziya, karena sudah membantu merekomendasikan Andika untuk menjadi manager di Niskala Corp,” ucap Soraya sembari tersenyum Bahagia, lalu memeluk sang calon menantu dengan penuh kasih sayang.
“Iya, sayang. Aku juga mau ngucapin terima kasih sama kamu, karena sudah membantuku untuk bisa masuk dan menjadi manager di perushaan besar seperti Niskala Corp.” Andika pun ikut menimpali.
Ziya tersnyum lalu berkata dengan sikap manja. “Nggak apa – apa, Mas. Demin calon suami, aku akan melakukan apapun yang terbaik.” Andika dan Soraya tersenyum Bahagia. “Untung saja, kejadian tadi dilobi tidak sampai ketelinga direktur personalia. Jadi, semuanya baik – baik saja.”
Ziya mengembuskan nafas kasar. Sepertinya masih mengkhawatirkan masalah tadi, mengingat dia tahu betapa dekatnya Bayu dengan Dewa Nalendra, dan para petinggi Niskala Corp.
Mendengar dan melihat reaksi Ziya seperti itu, Soraya terkejut dan langsung bertanya. “Memangnya apa yang terjadi tadi?”
Andika mendengus kasar. “Itu – tuh, si Savana, dia tadi ketemu aku di lobi kantor Niskala,” ucap Andika dengan raut wajah kusut saat mengingat peristiwa tadi. “ ucap Andika sambil mengusap wajahnya. “Si Savana datang kekantor Niskala Corp dan mempermalukan aku didepan pria bernama Bayu yang secara terang – terangan membela Savana.”
Soraya mengerutkan dahinya. “Bayu? Siapa dia? Dan ada hubungan apa dengan si dekil itu?” tanya Soraya terlihat geram namun juga penasaran.
Ziya menarik nafas dalam – dalam saat mengetahui Soraya sama sekali tidak mengenal Bayu. Tapi menurutnya sangat wajar, karena posisi keluarga Permana adalah keluarga kelas bawah. Wajar kalau tidak mengenal sosok orang yang besar seperi Bayu.
“Bayu Arghadana adalah pewaris utama keluarga Arghadana pemilik Arghadana Group.”
Soraya langsung terbelalak medengar kata keluarga Arghadana. “Apa? Laki – laki yang melindungi Savana tadi berasal dari keluarga Arghadana?” ucapnya sambil menutup mulutnya karena kaget. Sementara Ziya dan Andika mengangguk
“Bagaimana bisa perempuan dekil itu dekat dengan pria yang berasal dari keluarga kaya dan terhormat?” tambahnya dengan nada yang sama sekali tidak percaya.
“Aku curiga, Savana ada hubungan dengan Bayu. Atau jangan – jangan, Savana menjadi simpanannya Bayu?” ucap Andika asal namun cukup untuk membuat Soraya menganggu.
“Bisa jadi. Pada dasarnya Savana itu cantik. Dan tentu saja, dengan polesan sedikit saja, maka dia akan kembali bersinar seperti dulu,” jawabnya mendukung dugaan Andika tentang Savana.
Mendengar pujian yang dilontarkan Soaraya pada Savana, Ziya seketika memasang wajah tidak suka. Sambil mendengus kasar, Ziya pun mengerucutkan bibirnya, seperti anak kecil tidak diberi jatah jajan oleh ibunya.
Andika yang menyadari hal itu pun segera melingkarkan tangannya dipinggang Ziya, lalu memeluknya sambil berkata manis. “Jangan salah paham dulu sayang. Dalam hal kecantikan, tentu saja kamu diatas Savana. Makanya aku mau sama kamu dan memilih menceraikan Savana, karena kamu adalah wanita sempurna.”
Pujian itu ternyata berhasil membuat Ziya tersenyum bangga. Wajahnya merah merona karena malu mendapat pujian dari laki – laki yang sangat dicintainya.
Percakapan mereka terhenti saat ponsel Andika berdering. Dengan cepat pria itu mengeluarkan ponselnya dari kantong celana, lalu melihat layar untuk mengetahui siapa yang mengubunginya.
“Yes!” Andika seketika berseru Bahagia. Wajahnya berubah begitu berbinar saat melihat nama kontak yang tertera.
Hal itu sontak membuat Ziya dan Soraya langsung mengarahkan padangannya pada Andika. “Telpon dari siapa, mas? Kok kamu kelihatan begitu Bahagia?” tanya Ziya menaruh curiga.
“Dari Niskala Corp!” jawab Andika sambil menekang nombol hijau dilayar untuk menyambungkan. “Halo!” sapanya setelah menempelkan ponselnya ditelinga.
“Iya, Saya sendiri,” sahutnya menjawab pertanyaan bagian Personalia Niskala Corp. “Tentu saja, saya memang berminat untuk menjadi bagian dari Niskala Corp,” jawabnya begitu bersemangat.
“Apa?!” pekik Andika kaget. “Saya hanya diterima sebagai Office Boy?” Mata Andika membelalak saat mendengar posisi yang diberikan padanya. “Bagaimana bisa saya Cuma ditawari posisi Office Boy! Bukankah sudah jelas, kalau saya melamar untuk jabatan manager?!” Andika terlihat geram dengan posisi yang diberikan.
Ziya dan Soraya yang mendengarkan pun menautkan alisnya. “Office Boy?” gumam Ziya yang terkejut saat mendengar Andika menyebutkan nama itu.
“I – ini pasti salah!” ucap Andika tidak percaya. “Kalau begitu, saya pikir – pikir dulu!” tuntasnya sambil memutus sambungan.
Ziya menatap Andika sambil mengerutkan dahiny. “Ada apa, mas? Kok kamu menyebut Office Boy?” tanyanya.
Andika langsung menatap Ziya. “Kamuy akin ‘kan kalau rekomendasi itu untuk jabatan manager?”
“Lah, tentu saja,” balas Ziya. “Kamu ‘kan bersamaku tadi diruangan Manager Personalia. Dan kamu pasti dengar kalau pak Tommy sudah janji memberikan jabatan manager yang kosong itu sama kamu. Apa belum jelas?”
Memang benar, Ziya sudah mendapatkan jaminan dari Tommy untuk jabatan manager yang akan diberikan pada Andika. Namun sayang, Tommy hanyalah sebagai manager personalia. Dia sama sekali tidak bisa berbuat apa – apa, jika sang pimpinan tertinggi yang memutuskan seperti itu.
Dalam hal ini, Tommy memang sangat menghormati Ziya, mengingat wanita itu adalah anggota keluarga Adikara. Sebelum bekerja di Niskala Corp, Tommy dulunya adalah bawahan ayahnya Ziya. Makanya wajar kalau Tommy membatu memperlonggar jalan untuk Andika menjadi manager. Tapi sayangnya, presiden direktur sudah ganti. Dan Savana dengan tegas sudah membuat keputusan.
“Aku memang dengar tadi,” jawab Andika masih terlihat kesal. “Tapi kenapa aku diterima kerja di Niskala untuk jadi Office Boy?! Apa – apan ini?” ucap Andika terlihat emosi.
Seketika baik Ziya mau pun Soraya terbelalak kaget!
“Apa kamu yakin itu yang ditawarkan?!” Ziya seketika melongo tidak percaya dengan pendengarannya.
Andika mendengus kasar. "Tentu saja, kamu pikir aku tuli!" sambil mendorong tubuhnya kebelakan dengan kasar untuk bersandar.
“Coba aku telpon pak Tommy, apa benar seperti itu?” Ziya mengeluarkan ponselnya, lalu menekan nomor kontak bertuliskan Tommy Sanjaya.
Tommy yang saat ini sedang berada di ruang presiden direktur langsung memucat saat melihat nama kontak yang menghubunginya.
Melihat reaksi Tommy Savana langsung tahu siapa yang menghubunginya. “Angkat, dan loudspeaker. Katakan yang sebenarnya. Kalau dia marah, suruh menghadap saya!” ucapnya dengan nada tegas.
“B -Baik, Nona !” sahut Tommy gugup. Dia pun segera menekan tombol hijau untuk menyambungkan. “Halo nona, ada yang bisa saya bantu?”
“Pak Tommy! Apa benar mas Andika mendapat posisi OB di Niskala? Bukankah kita sudah sepakat kalau pak Tommy akan membantu menempatkan mas Andika di posisi manager?” tanya Ziya menekan suaranya.
“Maaf nona, ini sudah keputusan presiden direktur kami yang baru. Saya selaku bawahan tidak bisa berbuat apa – apa,” jelas Tommy.