Rasanya seperti kembali pada kejadian beberapa waktu lalu ketika Agatha membiarkan wajahnya dirias sedemikian rupa oleh Lyn. Kini, wanita yang dulu merias Agatha di hari pernikahannya itu kembali merias wajahnya dengan baik sama seperti dulu saat Agatha datang ke salon bersama Jonathan.
James sangat mempersiapkan wawancara yang akan dilaksanakan untuk Agatha hingga pria itu memanggil petugas salon untuk datang ke rumahnya dan membantu Agatha bersiap. Padahal, karena wawancara kali ini dilaksanakan sore hari, Agatha hanya perlu memoles wajahnya dengan tipis karena pakaian yang dibelikan oleh James pun merupakan pakaian yang santai dan tak perlu untuk dipadukan dengan riasan wajah yang tebal.
Beruntungnya, Lyn bisa menyesuaikan riasan wajah yang cocok untuk Agatha kali ini. Agatha tampak cantik dengan rambut yang terurai rapi dan riasan yang sangat tipis yang membuatnya tampak natural. “Kau sangat cantik, Nona Agatha,” puji Lyn setelah selesai menyisir rambut Agatha yang sebelumnya sempat kusut karena wanita itu mengikat rambutnya sendiri dengan kasar.
“Terima kasih, Lyn. Ini semua berkat kerja keras tanganmu,” balas Agatha dengan senyum tipisnya. Tubuhnya berputar agar ia bisa berhadapan langsung dengan Lyn yang kini terpukau akan kecantikan yang dipancarkan oleh wajahnya. Mungkin Lyn juga merasa bangga pada hasil karyanya sendiri, karena bagaimanapun Agatha dapat tampil cantik sore ini berkat kreativitas tangan Lyn yang sangat lihai memadu padankan setiap bahan-bahan untuk merias wajah.
Suasana hening tercipta beberapa saat ketika Lyn memerhatikan wajah Agatha dengan saksama untuk menemukan kekurangan dari riasan yang telah diciptakan oleh tangannya. Beberapa detik kemudian ia tersenyum saat yakin jika riasan yang digambarnya di wajah Agatha sudah sangat sempurna—atau mungkin juga wajah Agatha yang kelewat cantik membuat riasan apa pun yang ditempelkan di wajahnya akan tampak bagus hasilnya.
“Kau tampak sempurna, Nona Agatha. Dan ya, kau sangat beruntung karena bisa menikah dengan Tuan James. Aku sudah melihat beritamu di televisi, pada awalnya aku heran bagaimana bisa kau menikah dengan Tuan James padahal kau memiliki kekasih dan Tuan James sendiri pun memiliki kekasih.”
Lyn tidak sadar jika ia berbicara terlalu banyak dan lancang pada kliennya sore ini. Sebagai manusia, ia hanya menyampaikan apa yang di pikirannya. Saat pertama kali melihat berita yang berisikan pernikahan James dan Agatha, Lyn merasa sangat kaget apalagi ia menyadari jika riasan dan gaun yang Agatha kenakan adalah hasil dari kerja tangannya.
Dan yang membuat Lyn kebingungan adalah ketika dirinya ingat jika Agatha datang bersama kekasihnya dan pria itu bukanlah James. Lyn pun juga tahu jika wanita beruntung yang dikabarkan akan menikah dengan pengusaha sukses kenamaan yang tak lain adalah James merupakan Emily Rose yang menurut kabar berita terbaru kini tidak diketahui keberadaannya.
“Bukan hanya kau yang merasa heran, bahkan pada awalnya aku pun merasa heran dengan takdirku bagaimana bisa aku berakhir menjadi pengantin dari seorang pria asing,” jawab Agatha dengan wajah yang tiba-tiba berubah menjadi sendu.
Matanya sedikit berkaca-kaca ketika Agatha ingat bagaimana senangnya Agatha ketika Jonathan membawanya ke salon tempat Lyn bekerja dengan alasan jika pria itu ingin Agatha tampil sempurna di pernikahan salah satu temannya. Tanpa Agatha ketahui jika itu merupakan sebuah rencana tersusun yang dilakukan oleh Jonathan untuk menjadikannya pengantin di pernikahan seorang wanita yang dicintainya.
Bahkan pada saat itu Agatha dan Lyn berkata jika Agatha akan mendapatkan kejutan dari Jonathan. Memang benar Jonathan memberikannya kejutan, tetapi bukan kejutan yang diharapkannya. Bukan suatu keindahan yang Agatha dapatkan, justru dirinya mendapat kejutan yang teramat menyakitinya.
“Orang asing? Apa kau sebelumnya tidak mengenal Tuan James?”
Tidak mungkin bagi Agatha untuk menjawab jika ia sebelumnya sudah mengenal James sebagai pembunuh orang tua angkatnya. Jadi yang Agatha bisa lakukan sekarang untuk menjawab pertanyaan Lyn adalah menggelengkan kepalanya. “Tidak, aku sama sekali tidak mengenalnya secara pribadi. Aku hanya pernah mendengar namanya.”
Lyn tahu tidak baik untuk melanjutkan perbincangan ini, tapi rasa ingin tahunya secara naluriah menuntunnya untuk kembali melemparkan pertanyaan yang membuat perbincangan ini tidak berhenti begitu saja. Kepalang tanggung, lebih baik Lyn mencari tahu sampai ke akar-akarnya jika saja Agatha tidak keberatan untuk berbagi cerita.
“Lantas bagaimana bisa kau menikah dengan Tuan James dan bagaimana nasib kekasihmu itu?”
Agatha tersenyum sendu seraya mengibaskan tangannya di wajah untuk menghalau air matanya yang siap jatuh. Agatha tidak ingin riasan yang sudah sempurna di wajahnya akan rusak karena air matanya. Terlebih lagi, Agatha tidak ingin menangisi Jonathan karena ia yakin jika mantan kekasihnya tersebut pun tidak akan mau memikirkannya barang satu detik pun. Mungkin kini Jonathan sedang menikmati masa-masa kebersamaannya dengan Jessica.
Agatha jadi tersenyum miris dibuatnya. “Kekasihku tersebut yang membuat aku menikah dengan James. Kau ingat saat kita berpikir jika Jonathan akan memberikan sebuah kejutan pernikahan untukku di hari itu karena dia memaksaku untuk memakai gaun pilihannya?”
“Iya, aku mengingatnya karena aku yang mengatakan hal tersebut pertama kali sebelum akhirnya kau pun berpikir demikian,” balas Lyn dengan cepat.
“Ternyata kita benar, kekasihku yang bernama Jonathan memberikanku sebuah kejutan pernikahan. Tetapi ... bukan pernikahan antara aku dan dirinya. Melainkan dia membawaku ke pernikahan James dan memaksaku untuk menggantikan posisi pengantin wanitanya yang ternyata merupakan selingkuhannya selama ini.” Agatha hampir saja menumpahkan air matanya jika saja dirinya tidak mendongakkan kepalanya.
Lyn menutup mulutnya dengan tatapan yang tidak percaya. Dapat ia bayangkan bagaimana perasaan Agatha pada saat itu bahkan hingga saat ini. Tatapan Lyn berubah menjadi penuh rasa kasihan ke arah Agatha. “Jadi Emily Rose adalah wanita simpanan kekasihmu?”
“Bukan Emily Rose, tapi adiknya yang bernama Jessica Rose. Jadi Emily melarikan diri di malam menjelang pernikahan hingga membuat adiknya dipaksa untuk menggantikan Emily di pernikahan. Dan kemudian Jonathan memaksaku untuk menggantikan Jessica tepat di hari pernikahan.”
Lyn benar-benar merasa tidak tega pada Agatha. Kini kedua tangannya ia gunakan untuk mengelus bahu Agatha yang bergetar menahan tangis yang ingin pecah dari kedua matanya yang sudah digenangi air mata. “Nona Agatha, jika kau ingin menangis maka menangislah, kau tidak perlu mengkhawatirkan riasanmu karena aku bisa memperbaikinya.”
Akhirnya Agatha pun menumpahkan air matanya dengan bebas dan deras. Sebelah telapak tangannya pun ia gunakan untuk menutup mulutnya agar tidak menimbulkan suara tangisan yang keras. Bahunya bergetar hebat dengan jari-jari kakinya yang mengetat kuat.
“Semua orang meng—menganggapku beruntung karena bisa menikah dengan James, me—reka tidak tahu jika aku sedang ditimpa kemalangan,” ujar Agatha dengan terbata-bata.