Kejutan bagi Agatha

1846 Kata
Waktu terasa berhenti bagi Agatha ketika teriakan Fahima mengudara. Tidak, bukan karena kalimat yang diteriakkan oleh sahabatnya melainkan karena satu detik setelah itu ada dua tubuh yang berputar ke arahnya. Agatha tidak menyangka kehadiran James dan anak buahnya di sini. Pembunuh Fred dan Elena kini kembali berada dalam jarak pandangnya. Sedangkan James, ia memandang datar ke arah Agatha. Sama sekali tidak menunjukkan raut wajah yang terkejut. Agatha berpikir mungkin pria itu pandai mengendalikan ekspresi atau kehadirannya memang tak berpengaruh sama sekali pada pria itu. Berbanding terbalik dengan James, anak buah dari pria itu yang bernama Hans menunjukkan wajah terkejut yang kentara. Agatha mendesah dalam hati karena takdir terus mempertemukannya dengan dua orang yang telah merenggut nyawa Fred dan Elena. “Agatha apakah itu yang berteriak adalah Fahima? Sebenarnya sekarang aku berada di mana? Cepat katakan!” Kesadaran Agatha kembali sepenuhnya karena Elva menggerutu. Wanita yang sebentar lagi akan dilamar itu tidak bisa melihat apa-apa karena matanya yang tertutup. Sejak tadi Agatha kesulitan membawa Elva keluar dari rumahnya, ia harus memberikan iming-iming bahwa mereka akan pergi ke sebuah kelab malam. Barulah Elva setuju untuk pergi keluar. Tapi setelah berada di luar rumah Elva, dengan bantuan Jonathan akhirnya Agatha berhasil membawa Elva ke tempat ini dalam keadaan mata tertutup. Dan perlu usaha ekstra ketika berada di dalam angkutan umum, karena Elva terus berteriak jika dirinya sedang diculik. Hal itu sempat menyebabkan Agatha dan Jonathan dicurigai banyak orang. Agatha menoleh pada Jonathan. Pria itu menatap kosong ke arah James. Apakah Jonathan tahu jika pria itu adalah pembunuh Fred dan Elena? Agatha memang sudah memberitahu nama James sebagai pembunuh orang tuanya kepada Jonathan. Tapi ia tidak menyangka jika Jonathan tahu bagaimana rupa dari pria sombong itu. Agatha harus menanyakan kepada Jonathan nanti. “John? Kau baik-baik saja?” tanya Agatha, menghentikan Jonathan dari lamunannya. Jonathan menoleh dan tersenyum tipis. Itu adalah jawaban yang cukup bagi Agatha saat ini. Karena sekarang semua orang menutup mulut mereka rapat-rapat. Teriakan Fahima tadi adalah kebisingan terakhir yang tercipta. Callista, Fahima, dan Mark sudah berdiri di dekat meja bundar, sedangkan yang lainnya duduk di kursi-kursi yang telah disediakan. Termasuk James dan Hans, kedua orang itu mengambil posisi paling depan. Setelah merasa jika Mark siap, Agatha dan Jonathan kembali menuntun Elva. Membawa wanita itu ke tengah dan memosisikannya agar berhadapan langsung dengan Mark. Agatha dan Jonathan mundur tanpa suara, mereka memberi kesempatan bagi Mark untuk mengambil alih. Sebuah tangan kekar melingkari pinggangnya, Agatha tersenyum pada Jonathan. Andai saja Jonathan memiliki sisi romantis seperti Mark maka Agatha akan menjadi wanita paling bahagia. “Agatha! Jonathan! Di mana kalian! Jangan pergi! Kalian yang membawaku ke sini!” raung Elva ketika tidak merasakan seseorang berada di sampingnya. Karena merasa kesal ia membuka penutup matanya dengan kasar. Namun betapa kagetnya Elva ketika matanya justru menangkap kehadiran mantan kekasihnya tepat di hadapannya. Tubuhnya membeku, mulutnya yang tadi bersiap akan mengumpati Agatha dan Jonathan pun kini bungkam. Ia mulai melarikan pandangannya pada Callista dan Fahima yang tersenyum manis. Lalu ia melihat ke sekeliling tempatnya berada saat ini. Hingga ketika ia memutar tubuhnya, Elva menangkap keberadaan Agatha dan Jonathan yang tengah saling merangkul seraya tersenyum ke arahnya. Elva mulai tertawa, tapi bukan tawa seperti biasa karena ada air mata yang menetes. Sebenarnya ia sudah merasa curiga jika Agatha akan memberikan kejutan ulang tahun. Sebagai seorang wanita, tanggal lahir adalah salah satu hal yang diagungkan dan terus diingat. Elva tidak akan pernah melupakannya. Sejak kedatangan Agatha ke rumahnya sepulang kuliah, Elva sudah merasakan kecurigaan. Karena tak biasanya Agatha mau berkunjung. Lalu Agatha memaksa untuk pergi ke luar bersama, hingga akhirnya wanita itu menawarkan untuk pergi ke kelab. Elva baru mau pergi karena ia pikir jika pergi ke kelab maka ia bisa sejenak rehat dari kisah asmaranya yang hancur bersama Mark. Kecurigaannya semakin memuncak ketika ternyata Jonathan menunggu mereka di luar rumah dan matanya di tutup setelah mereka menaiki angkutan umum. Apalagi mendengar teriakan Fahima tadi, Elva yakin jika dirinya akan diberi kejutan oleh sahabat-sahabatnya. Tapi melihat keberadaan Mark dan keluarga besar Thompson bukanlah kejutan yang diduganya. Hubungannya dengan Mark sudah berakhir beberapa hari lalu. Jadi apakah itu adalah sebuah permainan untuk ulang tahunnya? Jika benar maka Elva akan membalaskan rasa sakit hati dan air mata yang beberapa hari ini menghiasi hari-harinya. Elva harus memberikan pelajaran kepada Mark. Elva menatap Mark dengan deraian air mata, namun meski begitu, jelas sekali ada sorot kebahagiaan di sana. “Mark, kau yang mempersiapkan semua ini?” Mark tersenyum manis, ia melangkah untuk mendekati pujaan hatinya. Kedua tangannya terangkat untuk menghapus air mata yang terus berjatuhan. “Tentu saja.” Elva menatap penampilan Mark yang rapi dan menawan. Berbeda sekali dengan dirinya yang menggunakan celana pendek dan kaus polos. Rambutnya juga dicepol asal menggunakan jepit rambut berwarna merah. Wajahnya pun tidak berlapis riasan. Oh, Elva benar-benar merasa buruk akan penampilannya malam ini. “Bersediakah kau menjadi istriku?” Elva menatap takjub Mark yang tiba-tiba berlutut di bawah kakinya dengan cincin dalam kotak yang ia sodorkan. Elva mengalihkan pandangannya kepada orang-orang yang hadir, mereka sibuk mengabadikan momen melalui ponsel. Semuanya tampak bahagia, hanya dirinya saja yang berpenampilan kacau. Elva benar-benar menyesali penampilan yang sangat berbeda dengan Mark kali ini. Seharusnya ia berdandan sedikit tadi! Seharusnya ia dilamar dalam keadaan yang sangat cantik, bukan seperti ini. Penampilannya kali ini seperti seorang wanita yang tidak mandi beberapa hari. Tapi meski begitu Elva tetap menganggukkan kepalanya membuat riuh tepuk tangan terdengar. Tubuhnya sedikit terhuyung ke belakang karena Mark yang bangkit langsung memeluknya erat. Elva melepaskan pelukan keduanya dengan paksa. Matanya menatap penuh dendam pada mantan kekasih yang kini menjadi calon suaminya. Plakk! Elva menatap puas pipi Mark yang memerah karena tamparannya. “Itu untukmu yang sudah memutuskan hubungan kita tanpa alasan kemarin!” *** Acara kejutan ulang tahun sekaligus acara lamaran yang digelar oleh Mark untuk Elva berjalan dengan lancar. Agatha jadi berpikir apakah Mark itu romantis atau justru menghemat uang? Kenapa harus melamar kekasihnya pada perayaan ulang tahun, apakah Mark tidak ingin mengeluarkan biaya dua kali? Tapi jika benar begitu pun Agatha tetap terkesan, muncul keinginan dalam hatinya agar Jonathan melakukan hal serupa. Tidak perlu mewah seperti ini, hanya sebuah keromantisan kecil saja dapat membuat Agatha bahagia. Jonathan adalah pria penyayang yang sangat baik, tapi bukan tipikal pria romantis. Tidak ada perlakuan spesial yang Agatha dapatkan dari pria itu. Bibirnya juga seakan kelu untuk mengeluarkan kata-kata puitis walau hanya sebaris. Sepertinya Agatha harus mengajak kekasihnya itu untuk menonton film-film romantis agar Jonathan dapat mempelajari sesuatu nantinya. Dan keromantisan yang tidak dimiliki oleh Jonathan sangat terlihat detik ini. Sekarang adalah sesi dansa yang dilakukan secara berpasangan. Tentu saja Agatha menarik Jonathan untuk menjadi teman dansanya. Callista dan Fahima yang tidak mempunyai seorang kekasih pun berdansa dengan pria yang tidak Agatha kenal, tapi Agatha tahu jika dua pria yang berdansa dengan kedua sahabatnya itu adalah bagian dari keluarga Thompson. Jonathan sepertinya tidak pernah berdansa. Hal itu tampak jelas dari langkah kakinya yang tidak teratur. Agatha jadi merasa sulit untuk menyesuaikan. Ketika pria lain memegang pinggang pasangannya, Jonathan justru memegang kedua lengannya dengan kaku. Pria itu terlalu fokus pada langkah kakinya sendiri. “John, jangan khawatirkan langkahmu, pegangi pinggulku seperti yang lainnya,” ujar Agatha. Ia sengaja memindahkan tangan Jonathan, lalu kembali mengalungkan tangannya ke leher Jonathan. “Agatha aku tidak pernah berdansa sebelumnya.” “Ya, aku tahu karena itu tampak jelas.” Jonathan tertawa kecil seraya menyatukan keningnya dengan kening Agatha. “Aku tahu aku sangat memalukan.? “Harusnya kau mengikuti kelas dansa di kota.” Satu kecupan mendarat di bibir Agatha, Jonathan senang melakukannya. “Mungkin akan kupikirkan mulai sekarang.” Agatha memutar tubuhnya dan kembali pada pelukan Jonathan, melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh pasangan dansa lainnya. “Baguslah, ketika nanti kau sudah mahir maka kita akan melakukan uji coba.” Agatha tersenyum seraya memutar kembali tubuhnya, tapi kali ini pria lain yang menangkap tubuhnya karena dansa memasuki waktu untuk berputar pasangan. Kedua tangan Agatha secara refleks meremas kemeja yang dipakai oleh pria yang kini memeluk pinggangnya masih dengan gerakan kaki sesuai irama dansa. Matanya menyorot kaget penuh kekhawatiran saat tahu jika pasangan dansanya kini adalah James Hunt. Pria yang telah membunuh kedua orang tuanya. Agatha langsung berhenti menggerakkan kakinya, ketika tangannya akan mendorong d**a James, pria itu lebih dulu menahannya. Agatha merasa merinding ketika James berbisik, “Kalungkan tanganmu di leherku, Babe.” Pinggang ramping Agatha terasa sakit kala James mempererat pelukannya hingga tak ada jarak antara tubuh mereka. “Le—lepaskan aku!” James tersenyum miring, bukannya menuruti keinginan Agatha ia justru menunduk dan menyatukan puncak hidungnya dengan puncak hidung Agatha. Hal tersebut berhasil membuat Agatha menahan napas beberapa saat karena merasa kaget. “Bernapaslah,” ucap James pelan. Ia melebarkan senyumnya. Agatha tidak berani bergerak karena takut jika ia bergerak maka bisa saja bibir mereka bersentuhan. “Memangnya kenapa aku melepaskanmu? Aku tidak menangkapmu, sekarang kita hanya sedang berdansa.” James terpaksa melepaskan pelukannya pada pinggang Agatha karena gerakan dansa membuatnya harus memutar tubuh Agatha. Tubuh Agatha tampak indah meski dibalut baju sederhana yang James pastikan harganya tidak lebih tinggi dari harga kaus kakinya. Tangan James terangkat seraya memegang ujung jari telunjuk Agatha dan membiarkan wanita itu melakukan gerakan memutar dengan sempurna. Dan senyum di wajah James merekah ketika gerakan dansa yang dicontohkan oleh pemimpin dansa kali ini adalah berupa gerakan ringan. Agatha hanya perlu membenturkan punggungnya pada d**a bidang James karena yang terjadi setelahnya adalah setiap pria akan memeluk pasangannya dari belakang. Lalu mereka hanya perlu bergerak ke kanan dan kiri secara teratur. Agatha merasakan gelenyar aneh ketika deru napas James menerpa kulit lehernya. Ia ingin segera selesai, dansanya tidak menyenangkan sama sekali sejak bertukar pasangan. Dengan posisi sekarang, Agatha bebas melihat ke mana pun, lalu ia mencari keberadaan Jonathan. Ternyata kekasihnya itu tidak lagi berdansa, Jonathan menatap ke arahnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Pasti sekarang Jonathan merasa cemburu pada James. Di samping Jonathan ada Fahima yang terlihat kaku, pantas saja Jonathan tidak berdansa lagi. Karena ternyata pasangan dansanya kali ini adalah Fahima yang sudah Agatha ketahui jika Fahima tidak menyukai Jonathan. “Jadi dia kekasihmu?” bisik James. Ia tidak perlu mengeluarkan suara keras karena bibirnya tepat berada di samping telinga Agatha. “Bukan urusanmu!” ketus Agatha. Hatinya kesal kenapa adegan ini bertahan lama. Jika posisi ini bertahan lebih lama lagi maka ingin rasanya Agatha memukul kaki instruktur dansa. “Memang bukan, aku hanya ingin tahu apakah kau mengatakan tentang kematian kakek dan nenek yang tidak berguna itu kepadanya?” Tubuh Agatha menegang, jadi Jonathan juga termasuk ke dalam daftar orang yang tidak boleh tahu? Matilah Agatha! Jonathan sudah tahu semuanya! “Dari diammu saja aku bisa menyimpulkan sesuatu. Pria itu mengetahuinya, benar bukan?” Agatha meringis ketika perutnya diremas kuat oleh jari jemari besar James yang tengah memeluk. “Sshhh ... John tidak akan mengatakan apa pun kepada siapa pun.” James kini memeluk lembut pinggang Agatha, ia juga mengecup pelipis Agatha dari belakang. “Itu hal yang bagus, karena ketika nama baik James Hunt hancur, maka itu adalah saat yang sama untuk kehancuran dirimu. Aku tidak akan menagih uang padamu, karena nyawa si tua bangka Fred sudah menutupi hutangnya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN