Juwita duduk di tepi ranjang, bibirnya melengkung membentuk senyuman yang memancarkan rasa percaya diri. Tatapannya tertuju pada Nathan, yang berdiri tak jauh darinya, menatapnya dengan pandangan penuh gairah. Tidak ada rasa bersalah di mata mereka, hanya sebuah pemahaman diam-diam yang membuat malam itu terasa begitu intens. “Kenapa diam aja?” tanya Juwita, sambil memainkan ujung rambutnya. “Kamu nggak takut Asti bangun?” Nathan tertawa kecil, suaranya rendah dan tenang. “Asti nggak akan bangun. Dia tidur seperti batu,” jawabnya, mendekat ke arah Juwita tanpa ragu. Juwita terkekeh pelan, lalu mengangkat wajahnya, menatap Nathan dengan tatapan yang membuat suasana semakin panas. “Kalau begitu, kenapa kita masih membuang waktu ngobrol?” katanya dengan nada menggoda. Nathan mendekat, ta