Pikiran Adam masih mencerna perkataan Diana padanya. Ia sedang berada di Milk’s Heaven dan sedang duduk di kursi senderannya yang empuk. Ia bersender dengan nyaman sambil merebahkan kedua kakinya yang panjang ke atas meja, berlagak layaknya seorang bos. Kenapa Diana ngomong gitu sama gue, batin Adam. Apa itu tanda ya? Tanda kalo gue harus merjuangin Hana? Tapi, gue baru aja ditolak kemarin. Adam langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ia membuka kontak dan mencari nama Hana. Cukup lama Adam menimbang untuk memutuskan menghubungi Hana atau tidak. Akhirnya dengan mengumpulkan keberaniannya ia menekan tombol hijau untuk menghubungi Hana. “Bismillah ...” Adam merasa gugup dan deg-degan luar biasa. Tingkahnya yang seperti ini tidak mencerminkan kalau ia adalah mantan pl