“Aku sebenarnya sudah menduga ini.” Suara Raphael terdengar serak, tapi dingin. Ia duduk di ruang tamu, kedua tangannya terkepal di sisi tubuhnya. “Siapa orang bodoh yang tidak mengenali kemiripan antara Khairel dan Profesor Nagara? Itu....” matanya menatap keduanya bergantian, “Terlihat sangat jelas. They’re literally the same person, for God’s sake.” Ia mengumpat pelan, “Merde… unbelievable.” Pagi itu menjadi pagi paling berat yang pernah dihadapi Antika. Mereka kini duduk di ruang tengah dengan Raphael di ujung kursi sofa, Nagara di sisi lain, sementara Antika duduk di tengah-tengah, seolah menjadi dinding rapuh di antara dua dunia yang hampir runtuh. Odette sudah membawa Khairel pergi lebih awal ke sekolah, pura-pura tak tahu apa pun. Tapi keheningan yang tersisa setelah kepergian it

