Ikhlas

1479 Kata

“Arbi, Sir,” jawab Yadi mantap. Tangan Brama mengepal kuat. Ia berpikir, orang tuanya yang melakukan penculikan pada dirinya semalam. Namun, pria itu mulai menghilangkan prasangka itu ketika pelaku penyekapan melakukan penyiksaan verbal pada dirinya. Sebab jika dalang penyekapan orang tuanya sendiri, tidak mungkin memerintah sampai melukai fisik. Brama tahu, sebenci apa pun Gahayu dan Boby, tidak mungkin sampai tega menyakiti. Terlebih, orang suruhan pelaku dengan sadis menusukkan pisau di punggungnya. “Pastikan dia mendapat hukuman sadis. Bahkan lebih sadis dari Frengki. Kalau perlu hukuman mati.” “Baik, Sir.” Tangan Nawa yang awalnya sibuk menata bantal Brama agar suaminya itu lebih nyaman ketika tidur, menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia baru ingat dengan sosok Frengki. “Sekaran

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN