Sebuah Pelajaran

1628 Kata

Bukannya berhenti, Brama justru bertindak lebih jauh. Pria itu menggigit pelan tengkuk sang istri yang tertutup pasmina. “Ebuseet! Malah pamer! Di sini ada Bocil wey!” pekik Bima sambil menutup wajah dengan telapak tangan. Namun, sela-selanya merenggang hingga masih bisa melihat adegan m*sum kakaknya. Nawa terus melepaskan diri, lalu memukul pelan pundak Brama setelah berhasil. “Sir! Nggak sopan!” “Biar dia nggak punya pikiran buat nikung kamu lagi. Dia itu pura-pura cupu padahal sudah suhu, Sayang. Entah sudah berapa gadis yang hilang kegadisannya di tangan pria tengil ini.” Brama merangkul sang adik dengan tangan kanan. Sementara tangan kiri menggandeng Nawa, membawa dua orang penting dalam hidupnya itu untuk masuk rumah. “Fitnah itu, kakak ipar! Jangan percaya!” Nawa hanya terbahak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN