9- Kepergian

1635 Kata

Suasana pemakaman di pinggir kota Lembang itu nampak sunyi. Hanya isak tangis dari beberapa orang yang merupakan kakak dan adik dari Ambar yang terdengar sesekali membuat siapapun yang mendengarnya merasakan hatinya ikut berduka. Heriska berdiri sambil menatap nisan bertuliskan nama sahabatnya itu dengan tatapan hampa. Air matanya sudah berhenti mengalir tetapi hatinya hancur berkeping-keping. Terlalu banyak waktu yang ia habiskan bersama Ambar, sehingga saat sadar ia tidak bisa melihat atau berkomunikasi dengan Ambar lagi benar-benar menghancurkan hatinya. Ambar sudah ia anggap lebih dari sekedar seorang sahabat. Bagi Heriska, Ambar adalah bagian hidupnya, saudara tidak sedarahnya. Saat SMA dulu, tiada hari Heriska habiskan tanpa Ambar. Ketika mereka terpisah sepuluh tahun lamanya tanpa

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN