Sebulan sudah, aku resmi menjadi calon suami Hanifa. Hububangn ku dengannya, mengalami kemajuan yang sangat baik. Rutinitas ku setiap siang adalah menjemput Embun pulang sekolah.
Kalau Hani mau, aku juga siap menjadi supirnya setiap hari. Namun sangat di sayangkan, dia masih saja menolak tawaran ku ini. Aku mengerti ke khawatiran Hani, dia sering bilang jika sungkan dengan tetangga jika aku sering datang ke rumahnya.
Bukan karena, tidak mau sering bertemu dengan ku. Tapi dia sungkan, karena hubungan kami yang belum sah. Meskipun sudah bertunangan, dan sudah menyiapkan acara pernikahan. Kami tetap, harus menjaga jarak. Agar tidak terjadi, hal-hal yang tidak di inginkan.
Ya meskipun, aku sendiri yang sering kebablasan. Jika sedang berduaan, dengan Hani. Bukan sampai dengan hal yang tidak-
