“Mas Reiga, katanya ngak cemburu? Kok dari tadi, diem aja.” “Siapa yang cemburu?” “Ya, Mas Reiga. Masak Aksa?” Aku menahan senyum, saat Mas Reiga yang awalnya hanya fokus pada ipadnya. Menoleh ke arah ku, dengan tatapan galaknya. Saat aku dengan sengaja, menyebutkan nama Aksa. “Ngak usah panggil nama itu!” ucapnya dengan cemberut. “Kenapa? Kalau aku sebut Aksa. Dia ‘kan teman, sekolah Hani.” “Mulai detik ini, kamu ngak boleh sebut nama itu. Apalagi sampai bertemu, ngak boleh!” “Ngak bisalah! Dia ‘kan teman Hani, Mas. Lagian kita ini hanya berteman, ngak lebih!” protes ku pada Mas Reiga, sudah jelas-jelas cemburu masih saja mengelak. “Hani, sayang. Dengerin, Mas. Aku ini laki-laki, jadi aku tau kalau temanmu itu suka sama kamu.” Mas Reiga, melembutkan nada bicaranya. “Ngak mungkin