“Sayang ...” Mas Reiga tiba-tiba saja mengagetkanku, dengan sudah berada di cafe. Padahal ini baru jam 3 sore. Biasanya dia akan pulang, menjelang magrib atau setelahnya. “Mas Reiga?” dia tersenyum. “Kok udah pulang?” tanyaku lagi. “Mas ngak bisa fokus kerja, kepikiran kamu terus,” ucapnya dengan sangat frontal, kebiasaan! Karena kami sekarang, sedang berada di dapur. Aku mengajaknya untuk masuk, kedalam ruang kerjaku. Aku khawatir dengan sikap ceplas-ceplosnya, jika sedang kumat. Pasti aku akan menjadi, bulan-bulanan kejahilan karyawanku. “Mas Reiga ini, kalau bicara lihat tempat dong Mas!” omelku saat,kami sudah duduk di sofa ruang kerjaku. “Memangnya tadi Mas ngomong apa?” tanyanya dengan wajah polosnya. Aku membrengut sebal, dia justru senyam-senyum sendiri. “Mas Reiga sakit?”