"Bayi saya mana, Dok?" Rion mengalihkan wajah saat tersadar, Bella menanyakan keberadaan sang bayi saat perutnya telah rata. Dokter itu memandang sendu pada Bella, lalu Rion mendekati sambil mencium puncak dahinya. "Ikhlas, Sayang. Insya Allah dapat gantinya. Masih belum rejeki kita. Sabar, ya!" Tak bicara, air mata menggenang di pelupuk mata Bella. Dia memukul bidang da'da Rion saat suaminya itu hendak menenggelamkannya dalam pelukan. "Kamu bicara apa?! Mana putra kita, Rion?!" Tak bisa dia percaya. Bayi berjenis kelamin laki-laki itu harusnya hadir dalam hidup mereka. Tak ada sahutan dari Rion, menahan sakit saat Bella terus berontak memukulinya karena tak bisa menerima kenyataan itu. "Janin kamu meninggal dalam kandungan, Bel," sela sang dokter sambil memeriksa tekanan infusnya.