" Masuklah ! " tegur Bahran saat Hanum hanya terpaku berdiri di depan pintu. Bahran merengkuh bahu Hanum dan melangkah bersama masuk apartemen mereka, Hanum memandang suaminya yang tersenyum padanya. " Kenapa ? " tanya Bahran sambil menowel pipi Hanum, wajah itu terlihat cemas. Hanum tertunduk malu. " Nggak apa apa kak, aku hanya kuatir sama papa " jawab Hanum untuk mengalihkan perhatian suaminya yang sedang menebak bagaimana suasana hatinya. Ia juga menanyakan dirinya yang entah kenapa jantungnya berdebar hebat. Bukankah ini bukan pertama kali mereka dalam satu ruangan hanya berdua saja. " Tapi saya sudah mengirim orang untuk mengawasi gerak gerik Cintia pada ayahmu, mereka akan bergerak cepat jika Cintia ingin mecelakai papa " ucap Bahran sambil mengelus punggung Hanum. Bahran melan