Memang tidak terjadi apa apa malam itu, Hanum jelas tak bisa tidur berbeda dengan orang disebelahnya begitu damai dalam lelapnya. Hanum memandang wajah tampan Bahran, tangannya menggantung di udara ketika ingin membelai wajah yang ia kagumi sejak lama itu. Hatinya terasa perih ketika mengingat wajah itu memandang lembut kakaknya.
" Kenapa kita harus bertemu kak ? kenapa kita harus menikah ? kenapa pula kamu belum bisa pergi dari hatiku ? Apa dengan cara seperti ini Tuhan sedikit menghiburku setelah hampir dua tahun aku tak punya waktu bersamamu "
Hanum mengingat kembali ketika pertama kali bertemu dengan Bahran, tepat di saat ia menjalankan magang di sebuah perusahaan. Seperti teman lainnya. Ia tak memungkiri ketampanan sang CEO tapi bukan itu yang membuat Hanum ingin kenal dekat . Ia ingat kalau Bahran adalah laki laki yang pernah menyelamatkannya dulu saat ia terjebak dalam tawuran remaja. Bahran yang menariknya dari kerumunan tawuran meski tangannya terluka.
Rasa kagum itu makin lama makin besar menyaksikan bagaimana Bahran memimpin perusahaannya. Suatu hari ia di panggil ke kantor Bahran. Hanum terkejut dan senang bukan main, hatinya bertanya tanya ada apa gerangan CEO tampan itu memanggilnya.
Flash back
" Kamu yang namanya Jaziya Hanum " suara Bariton itu menggetarkan jiwa Hanum. Ia hanya mengangguk, bibirnya terasa kelu untuk bicara.
" Ya pak "
" Benar ini kakak kamu ? " tangan Bahran mengulurkan foto seorang perempuan cantik. Hati Hanum risau firasatnya seakan mengatakan kalau Bahran punya tujuan menanyakan perihal kakaknya Cintia yang saat itu terkenal sebagai presenter cantik.
" Ya pak "
Hanum tertunduk begitu dalam menetralkan rasa pedih yang muncul. Rasa yang tumbuh di hatinya pada sang pahlawan harus ia kubur dalam dalam. Laki laki itu pasti juga menyukai kakaknya.
" Apa kamu bisa mengatur pertemuan saya dengannya ?" Hanum melihat senyum terbesit di wajah Bahran. Wajah khas ketika seorang laki laki mengagui seorang perempuan.
" Saya coba tanyakan pada kakak saya pak karna akhir akhir ini ia sibuk dengan pekerjaannya di tv dan radio " jawab Hanum melihat sebentar lalu tertunduk. Matanya sudah terasa panas. Hal yang tak saya inginkan terjadi. Jika Bahran menyukai perempuan lain, tak masalah baginya. Lambat laun mereka tak akan bertemu lagi. Tapi jika yang disukai Bahran adalah kakaknya, ia harus menderita seumur hidup melihat laki laki yang ia sukai bermesraan dengan orang terdekat dengannya.
" Bagus, ini saya berikan kompensasi untukmu " Hanum mengangkat kepalanya. Ia melihat Bahran mengulurkan sebuah kartu. Hanum memandang kartu itu dan menggeleng.
" Nggak usah pak, saya akan lakukan dengan suka rela " ujar Hanum lalu berlalu keluar ruangan. Ia tak dapat menahan rasasakit yang timbul karena percakapan tadi. Harapannya punah. Ia harus menyaksikan hal paling menyakitkan dalam hidupnya. Ia menangis di toilet.
Hanum mencoba realistis. Ia mengatur pertemuan Bahran dan Cintia, meski ia harus menahan rasa sedih melihat kenyataan kakanya sepertinya juga tertarik pada Bahran. Benar saja mereka menjalin hubungan dan dalam waktu tiga bulan mereka menjalin pertunangan. Lagi lagi Hanum harus hadir di momen yang menyakiti hatinya, tapi ia bisa apa atas rasa yang tumbuh di hatinya dan dengan realita cinta yang tak berpihak padanya.
Saat Hanum memutuskan untuk menjaug dari keluarganya, ia malah di minta menjadi pengantin pengganti. Beberapa hari menjelang pernikahan kakaknya mendapatkan kabar kalau ia diterima di salah satu media luar negri. Itu impian kakaknya sejak kecil. Hanum berada dipilihan yang sulit, pihak keluarga Bahran merasa keberatan pernikahan dibatalkan karena ibu Bahran yang sedang sakit dan merasa umurnya tidak lama lagi begitu ingin melihat anaknya menikah.
Bahran terpaksa mengikuti keinginan Cintia yang meminta Hanum jadi pengantin pengganti. Setelah dua tahun, Bahran boleh menceraikan Hanum dengan drama ketidak cocokan adiknya dan Bahran. Sebagai pelengkap drama, didepan orangtua mereka Bahran mengatakan mereka akan tinggal bersama di sebuah apartemen.
Hari dimana, Hanum menjalankan hari hari penuh siksaan batin. Ia ditinggalkan sendiri di apartemen dengan fasilitas lengkap. Segala kebutuhannya kuliah dipenuhi Bahran tapi Hanum memilih tak mempergunakn itu. Ia menjalankan peranannya sebagai menantu yang baik, mengunjungi mertuanya yang sedang sakit setiap hari dan Bahran akan menjemputnya dan mengantarkannya ke apartemen. Ia tak tahu dimana suaminya itu tinggal. Selama dua tahun itu, ia tak pernah diajak bicara, tak pernah sekalipun Bahran memandangnya. Hanum sadar diri, ia tak punya pesona yang akan memikat Bahran.
Persis di hari ke 60 yang tersisa, ia memilih mundur lebih awal. Ia memutuskan untuk menghilang dari kehidupan Bahran dan kakaknya. Namun justru ia terjebak oleh permintaan perpanjangan kontraknya sebagai istri palsu. Bahran beralasan ia tak tega melihat ibunya jatuh sakit lagi karna perceraian mereka. Padahal Hanum sudah memastikan Delisa, ibu Bahran menerima kenyataan kalau wanita yang dicintai putranya adalah kakak Hanum.
Tapi Bahran seakan ingin mengungkungnya dalam drama yang menyakitkan hati Hanum.
Flash back off
" Astaga ! " Hanum terkejut ketika terbangun, matahari sudah tinggi. Ia melihat jam, hampir jam 1 siang.
" Aku ketinggalan pesawat "
Hanum bergegas keluar, ia terkejut ketika melihat Bahran sedang santai di ruang tv. Laki laki itu memandangnya sebentar lalu kembali melihat TV.
" Kenapa kakak nggak bangunin Hanum. Terpaksa ambil pesawat malam " Hanum mengambil menyampir handuk ke lehernya, ia kembali ke kamar. Bahran reflek berdiri dan menarik handuk Hanum.
" Boleh saya minta waktu kamu satu hari " ucap Bahran sambil menarik tangan Hanum agar mendekat padanya.
" Saya baru bekerja kak, saya nggak mau punya image buruk di mata atasan saya "
" Nanti saya yang ngomong saya bos kamu, atasan kamu pak Gibran Satriadi kan. Dia kemaren meminta saya sebagai investornya "
Hanum tercenung sejenak. Ia ingat kalau ia bekerja tanpa bantuan kekuasaan siapapun. Jika tahu kalau Bahran sang CEO perusahaan besar bisa bisa atasannya tak fair lagi memandang kapabilitasnya bekerja.
" Jangan sampai nama kakak masuk dalam perjalanan karir saya, saya nggak mau perjuangan saya dianggap karena punya kuasa "
Hanum tercengang dengan jawaban Hanum. Baru kali ada orang yang menolak kuasanya sebagai pengusaha ternama.
" Please Num, satu hari. Saya butuh kamu. Saya tak bisa makan kalau bukan kamu yang masak. Apa kamu tega melihat saya masuk rumah sakit setiap saat " ujar Bahran tapi Hanum tak mengindahkan ia berlalu kekamar mandi, Bahran yang tau Hanum akan tetap pergi berusaha mencari cara agar wanita itu bisa dibujuk.
" Kakak mau ngapan disini ? " tanya Hanum sambil menatap tajam suaminya yang ikut masuk ke kamar mandi.
" Satu hari kamu ajari saya, menu yang kamu buat yang membuat lambung saya aman "
Hanum menarik nafas dalam, satu hari. Mungkin seluruh hidupnya akan ia berikan pada Bahran kalau seandainya cinta itu untuknya.
" Oke.." jawab Hanum. Entah apa yang mendorong Bahran merangkul leher Hanum dan mencium kening wanita yang telah halal ia sentuh itu. Hanum hanya terpana ditempatnya berdiri. Ketika Bahran sudah pergi, ia termenung dibawah shower. Kenapa di waktu yang tersisa, Bahran bersikap manis padanya.
Hanum yang terkejut ketika Bahran masuk saat ia sudah tak memakai apa apa.
" Handuk kamu ketinggalan " ucap Bahran sambil mengulurkan handuk. Hanum menyambar apa saja untuk menutupi tubuhnya.
" Tutup matanya !!! " teriak Hanum, ia segera bersembunyi di balik pintu dan menyambar handuk ditangan Bahran.
" Maaf " Bahran berlalu namun ia tak melewatkan melihat hal yang sudah menjadi haknya. Jnagungnya berdebar kencang, ia ingat bagaimana Hanum menciumnya. Semalam saat tidur bersama, ia merasa begitu nyaman. Sudah lama ia tak tidur senyenyak itu. Merasa ada kehangatan yang menaunginya.
Hanum keluar kamar mandi dengan wajah cemberut. Ia mematikan tv yang di tonton Bahran.
" Aku mau tinggal satu hari, tapi kakak harus ingat batasan kakak padaku. Kita ini cuma suami istri palsu. Jangan memanfaatkan keadaan, cium cium orang sembarangan dan apalagi tadi, sampai masuk kamar mandi "
Bahran hendak menanggapi tapi ponselnya berdering, Hanum bisa melihat nama my sweetheart tertera di layar. Kalau namanya hanya Hanum tok.
" Maaf sayang, mas ada keperluan mendadak. Besok mas temani kamu belanja " ucap Bahran saat menjawab remgekan Cintia yang begitu susah menghubunginya. Hanum memukul dinding, rasanya ia ingin ia layangkan bogem itu ke d**a Bahran agar laki laki itu tahu betapa sakitnya hatinya karna posisi ini.