Hanum memilih pulang dengan taksi, tapi ia tidak pulang ke apartemen Bahran. Ia memilih pergi ke rumah sahabatnya di pinggir kota. Bahran pun tak tahu tempat itu. Hanum merasa ia sebaiknya menyendiri, merenungi langkah apa yang harus ia lakukan dengan apa yang terjadi. Ia sama sekali tak ingin dianggap pengkhianat oleh kak Cintia. Tapi ia juga tak memungkiri perasaannya. Ia lebih dahulu jatuh cinta pada Bahran, laki laki yang telah menyelamatkan hidupnya. Sayang laki laki itu malah tertarik pada kakaknya yang punya paras cantik. Sekarang, saat perpisahan sesuai kesepakatan itu diambang mata. Laki laki itu malah mengakui kalau ia punya rasa padanya. Hanum menarik nafas dalam sebelum meneguk air yang diberikan Wina. " Aku rasa, dia tidak main main dengan pernyataannya Num, dia memang men