“Oh, ternyata benar. Kamu memang pernah menghubungiku, maaf aku tidak sempat membalasnya, karena kupikir ini hanya pesan iseng,” Irina merasa tidak enak mendapati pesan yang tidak pernah ia respon sebelumnya dari Damian. Jangan salahkan dirinya yang memang tidak mau merespon pesan dari nomor baru yang ia anggap mungkin hanya iseng, salahkanlah Desi ataupun lelaki itu yang tidak memberikan keterangan siapa si pengirim pesan. “Sorry.” “Its ok. Kamu tidak tahu, sekarang kamu tahu si pengirim. Apakah masih kamu abaikan setelah kamu tahu?” “Tergantung.” “Why?” “Dalam konteks urusan apa kamu menghubungiku. Jika untuk asmara aku masih belum bisa.” “Ok, aku juga tidak terburu-buru. Mungkin kita bisa mulai untuk berteman?!” “Of course.” Irina menerima jabatan tangan dari Damian. Keduanya ki