Setelah selesai memilih rangkaian bunga yang disediakan oleh Rido, Irina tak segera membereskan barang bawaannya. Irina malah terlihat menambahkan teh nya kedalam cangkir miliknya.
“Honey, langsung ke kantor atau masih ada yang keperluan lain?” tanya Rido yang diiringi dengan tatapan Rayen pada Irina.
“Enggak, aku masih mau disini. Kerjaanku udah beres, tinggal nunggu kabar dari Lala.” Jawab Irina sembari meniup teh yang ada ditangannya.
“Oh, ok. Aku mau beresin ini dulu.” Rido kembali pada gambar contoh rangkaian bunga dan berbagai contoh bunga lainnya kemudian membalikkan kepalanya menatap Rayen. “Saya harap anda puas dengan beberapa contoh yang saya perlihatkan. Apakah anda ingin menambah teh anda lagi?” Tawar Rido.
“Tidak, terimakasih. Saya tidak sesantai itu untuk menghabiskan hari saya dengan meminum teh.” Jawab Rayen sarkas dengan melirikkan matanya pada Irina yang terlihat acuh atas jawaban Rayen.
“Baiklah. Anda memang terlihat sangat sibuk.” Ucap Rido tanpa mengalihkan pandangannya dari Rayen.
“Oh,ya. Tentang pengisi acaranya, saya ingin dipastikan hari ini juga. Saya tidak ingin menunda-nunda untuk hal yang belum pasti.” Rayen mencoba untuk menarik perhatian Irina.
“Tentu saja Pak Rayen. Hari ini juga saya pastikan para pengisi acara akan siap pada hari H. Bawahan saya sedang mengurusnya” Irina menampakan senyum miringnya pada Rayen.
“Saya ingin kamu sendiri yang memastikannya, saya sudah bilang saya ingin kamu sendiri yang meng-handle proyek ini, bukan orang lain atau suruhan kamu.”
“Anda tenang saja pak, Lala adalah orang kepercayaan saya. Saya bisa jamin itu.”
“Dia mungkin orang kepercayaan kamu bukan saya.” Ucap Rayen dengan menatap mata Irina tajam. “Apa harus saya juga yang turun tangan?” Sindir Rayen pada Irina berharap Irina menuruti kata-katanya dan pergi meninggalkan pria yang menjadi alasan terbesar Rayen meninggalkan Irina tanpa kepastian. Kali ini Rayen tak akan pergi, ia ingin sekali membalas semua perlakuan Irina dan pria itu. Bahkan mereka tak sungkan saling memanggil dengan panggilan-panggilan sayang yang sangat membuat Rayen ingin muntah dan merobek bibir Rido karena sudah berani memanggil nama Irina dengan panggilan sayang lagi.
“Pak Rayen yang terhormat!” Irina mulai kesal dengan semua sikap Rayen. “Saya sudah melakukan semua hal yang anda inginkan, bahkan dengan mendatangi langsung kebun bunga untuk rangkaian hiasan bunga di pernikahan. Apa masih kurang semua pelayanan dari kami?”
Jika dilihat mungkin sekarang tanduk Irina mulai bertambah 4 dan mukanya yang mulai merah padam karena amarah terpendam semenjak kedatangan Rayen. Saat memilih rangkaian bungapun Irina sudah mulai tidak tahan pada Rayen, ada saja alasannya untuk mempersulit Rido. Untunglah Rido bukan tipikal orang yang mudah terpancing emosinya, apalagi Rido tahu dengan Rayen. Irina sangat mengenal Rido. Irina amat tahu semenjak kedatangan Rayen, Rido terlihat sekali ingin meninju membabi buta pada Rayen. Bahkan perlakuan yang dilakukan Rido kepada Irina sangat possesive terhadap Irina. Ya, Rido melakukannya dengan sengaja. Rido sangat tahu perjalanan cinta Irina dan Rayen karena memang Irina selalu menumpahkan segalanya pada Rido.
Rayen menghilang darinya sebelum sempat Irina kenalkan kepada Rido. Ya, kesibukan Rido dengan kuliahnya diluar negeri menjadi faktor Irina tak kunjung mengenalkan Rido pada Rayen. Sebenarnya Irina cukup sering menceritakan Rido kepada Rayen, namun tak secara gamblang. Karena Irina cukup tahu batasan menyimpan rahasia sahabatnya. Cukup tahu saja, pikir irina saat itu.
“Seperti yang saya bilang, saya ingin acara pernikahan kakak saya sempurna tanpa cacat sedikitpun. Saya tidak perduli dengan biaya yang harus saya keluarkan.”
“Ini bukan soal biaya. Saya sangat percaya akan hal itu. Tapi ini soal sikap semena-mena anda terhadap saya.” Irina sudah tidak tahan. “Jika anda segitu tidak percayanya dengan kinerja saya, silahkan anda cari WO lain yang sangat anda percaya Bapak Rayen yang terhormat.”
“Kalau begitu buktikan kalau kamu mampu, jangan hanya berdiri dan menunggu.”
“Baiklah kalau begitu, Irina akan pergi langsung untuk memastikan pengisi acaranya dengan saya.” Rido menginterupsi kedua mantan yang ada dihadapannya. Rido juga ingin membuktikan dalam hatinya tentang perasaan kedua makhluk yang ada dihadapannya ini.
“Do, kamu gak usah repot-repot. Aku bisa sendiri, kamu juga ada jadwal lain kan?”
“Gak perlu khawatir honey, bisa di handle kok sama sekertaris aku.” Rido juga sudah muak melihat Rayen yang terlihat terus menyusahkan Irina.
Bolehkah dia memelintir tangan yang tersampir di pundak Irina saat ini? Benak Rayen sungguh tak tahan dengan pemandangan yang ada didepannya ini. “Oh, anda kekasih yang sangat perhatian. Saya jadi terharu, bahkan anda juga berniat menemani kekasih anda bekerja.”
“Ya, begitulah.” Timpal Rido dan sedikit mencondongkan wajahnya kepada Rayen seraya berbisik. “Saya sangat possesive padanya. Dia terlalu cantik dan takut akan tergoda lelaki lain.” Mata Rayen bergetar mendengar bisikan Rido. “Terlebih lagi, saya tidak suka melihatnya kecapean.” Rido yakin Rayen pasti sangat ingin memukulnya.
“Oh, sangat romantis. Aku sarankan, berhati-hatilah. Wanita lemah dan cantik tak selalu terlihat baik.” Dengan tangan terkepal hingga memutih Rayen mengucapkannya dengan senyuman miring memandang Irina hingga rahangnya terlihat mengatup keras.
Jika saja Irina membawa sarung tinju yang sering ia pakai untuk latihan boxing, ingin sekali rasanya dia menjadikan Rayen samsak setelah mendengar ucapan Rayen. Apa itu tadi? Rayen berniat menjelekan Irina kah? Ah dasar pria samsak! Pikir Irina.
Setelah perdebatan emosi yang terjadi tadi, Irina dan Rido segera menuju tempat tujuan mereka, yaitu menemui pengisi acara yang menjadi list terakhir dalam pekerjaannya hari ini. Jika saja Rido tak menahannya tadi untuk terus mendebat Rayen mungkin hingga kini mereka masih asyik memperdebatkan hal yang sebenarnya tak akan berkesudahan itu.
Oh, ya. Tolong ingatkan Irina tadi Rayen amat menguji kesabarannya dan Irina belum sempat membalasnya. Mungkin nanti dia harus membalas pria arogan itu.
“C’mon Honey. Kamu gak bilang kalau dia udah ganggu kamu lagi setelah dia terkubur dalam-dalam.” Ucap Rido setibanya mereka didalam mobil milik Rido.
Rido tak habis pikir apa sebegitu sibuknya Irina hingga tak memberitahunya bahwa lelaki yang selama ini menghilang bak tertelan bumi itu kembali lagi menunjukan batang hidungnya setelah menghilang tanpa kabar berita.
Irina hanya menampilkan senyumnya melihat rajukan dari sahabat karibnya ini. “Apa kau khawatir?”
“Serously? Hey, siapa dulu yang berhari-hari mengganggu kuliahku dengan videocall nya yang terus saja menampilkan seorang wanita dengan mata sembab hidung memerah dan rambut acak-acakan?” Ya, Rido kembali mengingatkan Irina. Mungkin Irina lupa, hanya mengingatkan.
“Ayolah Do. Apa harus kamu ngingetin aku lagi?!”
“Aku hanya berjaga-jaga kalau kamu lupa”
“Terimakasih kalau begitu.” Irina mendecih kepada Rido
“Sama-sama” ucap Rido dengan kejengkelannya pada Irina. “Apa sahabat-sahabatmu tahu?”
“Ya, mereka tahu.”
“Oh, bagus sekali Irina. Aku orang terakhir yang tahu dan dulu pun juga begitu.”
“Apa kamu merajuk?”
“Ya kalau kamu belum paham.”
Irina mengerucutkan bibirnya dan membawa tangan dan kepalanya untuk bersandar pada tangan Rido yang ada di kemudi mobil. “Hey, tuan Rido Javas Keanu yang agung salahkanlah... “
“Kesibukanmu.” Rido memotong ucapan Irina yang sudah ia hafal dan memang mengerti dengan keadaannya. “Apa di HP kamu gak ada aplikasi w******p atau aplikasi pesan lainnya?” lanjut Rido kesal
“Apa kamu akan membukanya?”balas Irina dengan pertanyaan juga
“Ya, tentu saja aku akan membukanya.”
“Setelah kamu ada di kasur untuk tidur.”
“Setidaknya aku akan membuka dan membacanya kan?”
Irina hafal dengan kebiasaan Rido, jika bukan masalah pekerjaan Rido tidak akan pernah membuka atau membaca pesan apapun. Jika ada yang penting kamu harus menelpon sekertarisnya karena makhluk yang bernama Rido ini tidak menerima pesan apapaun selama jam kerja.
“Dan aku udah gak mood buat curhat karena balasan darimu lama. Aku males kalau harus ke sekertaris kamu dulu.”
Huft...
Rido mendesah pelan. “Baiklah nanti kalo ada pesan dari kamu aku akan langsung baca dan bales” ucap Rido.
“Udah berapa kali kamu bilang kaya gitu?” tanya Irina kesal dengan muka datar.
Rido memalingkan mukanya yang memang mengerti dengan alasan yang diberikan sahabatnya ini. Rido kembali fokus ke jalanan yang tidak terlalu macet ini. Sampai kapanpun dia tidak akan berhasil melawan kata-kata Irina karena memang Rido sudah berkali-kali berjanji seperti itu.
Sementara di tempat lain, Rayen masih kesal dengan pertemuannya tadi. Laki-laki itu adalah orang yang sama yang Rayen temui di Bandara. Lelaki yang sudah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan Irina. Selingkuhan Irina.
Mungkin Irina tidak tahu, kepulangannya dari London dulu juga bertepatan dengan kepergian lelaki itu yang entah akan pergi kemana. Rayen penasaran, apa lelaki itu tahu kalau dulu Irina mempunyai hubungan dengannya. Rayen sangsi. Melihat kedekatan mereka sepertinya lelaki itu sudah Irina perdaya. Huh.. dasar wanita s**l.
Kepulangannya dari London yang tanpa pemberitahuan kepada Irina adalah sebuah kejutan untuk Irina kekasih pujaannya. Membawa sebuket bunga cantik yang sudah ia persiapkan dan sebuah cincin cantik Rayen persiapkan untuk membuat Irina bahagia. Tapi apa? Setelah pendaratan pesawatnya Rayen malah mendapatkan kejutan dari Irina.
Rayen pikir mungkin Irina tahu kepulangannya ke Indonesia dan berniat menjemputnya, namun ternyata kehadirannya di Bandara adalah untuk mengantar lelaki lain. Sialnya, lelaki itu memang sempurna dibandingkan dengannya dulu. Dia terlihat bagai seorang bilionare dengan mobil mewahnya. Badan tegapnya dengan pakaian formal yang pas melekat pada tubuhnya yang Rayen yakini berharga fantastis, tentu saja dia pasti lebih kaya darinya. Yang hanya anak dari seorang pengusaha yang kini hanya menjadi seorang mahasiswa biasa yang hidup dengan kekayaan orangtuanya.
Pelukan mesra dan manja Irina yang Rayen lihat sungguh memporak porandakan hatinya. Mereka berjalan menuju ke tempat pemberangkatan pesawat yang entah menuju kemana Rayen tidak perduli yang dia perdulikan adalah wanita yang ada disamping lelaki yang Rayen akui memang terlihat sempurna. Wanita pertama yang membuat hatinya bergetar juga wanita pertama yang membuat hatinya hancur tak bersisa bergelayut manja kepada lelaki itu di Bandara dan mengecup kedua pipi Irina. Sungguh membuat sekujur tubuh Rayen terbakar. Dan Irina hanya menampilkan wajah sedihnya. Apa dia benar-benar bersedih? Irina juga menampilkan mimik muka yang sama saat mengantarkannya dulu.
Penghianatannya yang sudah mempermainkannya adalah hal yang paling menghancurkan Rayen dan juga harga dirinya sebagai lelaki. Egonya sebagai lelaki merasa terinjak-injak dalam sekejap. Terlebih lagi, orang itu adalah Rido.
“Irina, kamu masih bertahan dengan lelaki itu ternyata.” Ucap Rayen