MN -15-

4516 Kata

Beruang itu bukannya mati, malah mengamuk dan mengejar kami. Kami lari kocar-kacir. Beruang itu mempunyai kecepatan yang tidak normal. Padahal tadi jaraknya masih jauh. Saat aku menoleh, beruang itu hanya berjarak sekitar tiga puluh centi saja. Dia mencoba meraih tubuh kami. Tetapi kami dengan gesitnya bisa menghindarinya. Kami panik dan terus berlari tanpa melihat arah. Hingga kami sampai di gang buntu. Di sana kami sudah tidak menemukan jalan lagi. Padahal beruang itu berjalan mengendap-endap ke arah kami. “Mau kirim pesan terakhir apa, Kak?” Ansel menatapku. “Jangan bilang begitu. Kita masih hidup panjang.” Aku mendengus kesal. Walaupun ucapanku ini hanya sebatas angin lalu karena tidak ada jalan keluar lagi. Di belakang kami ada tembok pertahanan yang menjulang tinggi. Tembok itu t

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN