22. Aku panik. Sama seperti yang Sanchez lakukan barusan, aku segera mengambil kain untuk membungkus luka di lengannya. Sanchez mulai merintih kesakitan. Meskipun dia tetap tersenyum dan memintaku untuk tenang. “Bagaimana mungkin aku bisa tenang sedangkan darah mengucur keluar dari lenganmu.” Aku eratkan kain itu agar kainnya dapat menghambat darah itu keluar. Darah sudah tidak lagi keluar. Aku meminta Sanchez untuk menaiki punggungku. Amarahku sudah menggelegar. Aku ingin menghabisi mereka dan berlari keluar dari kepungan ini. Sanchez berusaha memosisikan dirinya senyaman mungkin, Mereka masih mengepung kami. Bayangan hitam itu tidak memberi kami celah. Busur-busur panah mereka juga sudah siap melepaskan anak panahnya ke tubuh kami. Aku mengumpat di dalam hati. Pistol sudah aku pegang