4. Ada suara langkah kaki mendekati meja ini. Aku berdoa di dalam hati. Semoga saja yang mendekati meja ini bukan laki-laki itu. Suara itu kian dekat dan semakin dekat. Aku meraih tangan Cantika dari bawah meja. Cantika juga sama paniknya. “Ah sudah lama kita bertemu. Meja ini sudah diisi orang lebih baik kita duduk di meja lain. Membicarakan hal-hal yang selalu kita bicarakan setelah sekian lama tidak bertemu.” Ada suara laki-laki lain yang mungkin temannya. Laki-laki itu menghalangi langkah kaki yang ingin mendekati meja kami. “Baiklah kalau begitu.” Kedua laki-laki itu meninggalkan meja ini. Cantika lebih dulu mengangkat kepalanya. Dia mengajakku untuk pergi karena tempat ini sudah tidak aman. Aku mengangguk. Dia yang membayar pesanan tadi. “Kita lanjutkan di tempat lain. Dan aku y