Sementara itu, Malam yang dingin menjadi saksi Gerry terbangun dengan suasana hati yang sangat kacau, sisa mabuk semalam semakin membuat kepalanya semakin pusing. Ia menatap kearah Oge yang tertidur di atas sofa, ia menatap sahabatnya itu. Ia menundukkan kepalanya, lalu membekap wajahnya dengan menggunakan kedua tangannya. “Mengapa harus seperti ini?” tanya Gerry dalam hati, ia mengucek wajahnya dengan kasar. Ia merasa semakin frustasi kala mengingat kembali wajah kekasihnya, “mimpi itu,” diam-diam Gerry memikirkan mimpi miliknya juga, ia bermimpi Denias menangis meminta tolong kepadanya. Namun saat ia ingin menggapai Denias, Denias seakan menjauh darinya. Ia mengusap kasar ujung kepalanya, menundukkan kepalanya seakan merasa sangat frustasi. “Aaaaarrrrggggghhhhh Denias,” Teriaknya, Oge