Setelah memohon dengan Mama Rima untuk nggak memberitahu Bunda dan Eyang soal kecelakaan yang kualami, sekarang aku bisa bernapas lega karena beliau akhirnya setuju. Tapi dengan satu syarat, aku nggak boleh magang dulu selama memarnya masih nampak jelas, lalu nggak menolak saat dipanggilkan tukang urut ke rumah. Tanpa protes aku mengangguki apa yang Mama Rima minta. Membuat beliau tersenyum lega sembari mengusap puncak kepalaku. Saat beliau beranjak untuk menelepon tukang urut, aku langsung mencari ponsel untuk mengirim pesan pada Kak Gian. Sudah dipastikan beberapa hari ke depan aku tinggal di sini, jadi dia harus tahu dan pulang ke sini untuk berakting seperti biasa. Jangan sampai ada mis-komunikasi di antara kami, karena fatal akibatnya kalau sampai keluarga tahu yang sebenarnya. Mesk