Selesai shalat subuh, aku kaget mendapati Kak Gian masuk ke dalam kamar. Penampilannya begitu rapi, dengan peci, baju koko dan celana kain, menandakan kalau dia baru saja pulang dari mushola. Pemandangan yang luar biasa, membuat dadaku menghangat, bahkan melupakan fakta tadi malam aku ditinggalkan di kamar pengantin kami tanpa ada penjelasan. “Maaf, apa aku membangunkanmu?” tanyanya dengan kening berkerut. Mungkin duduk di tepi ranjang membuat Kak Gian menyimpulkan kalau aku baru saja terjaga dari tidur, saat mendengar pintu di buka dan ditutup kembali. “Kamu benar, Eyang bangun lebih awal tapi syukurlah aku tidak terlambat. Kami berpapasan saat aku menuruni tangga. Terima kasih sudah memberitahu, Kia.” Diingatkan kembali, membuat senyumku terpasang hampa. Rupanya Kak Gian masih enggan m