Aku ke kampus ditemani Haura. Tadi Kak Gian hanya mengantar sampai gerbang depan, mengingat dia ada kerjaan di bengkel. Katanya nanti pulang agak sorean, jadi nggak bisa menjemput, juga nggak bisa menemani ke firma Mas Danu. Untungnya dari awal aku memang nggak mengharapkan apa-apa, makanya berekspresi biasa saja setelah mendengar hal itu. Tapi sebagai ganti, Kak Gian janji membantu menjelaskan sedikit-sedikit tentang dunia magang, membuat senyum sumringahku muncul detik itu juga. Dalam sekejab mata, ketenangan tadi diusir oleh sebuah kalimat sederhana, yang kalau dipikir-pikir lagi sama sekali nggak ada hal romantis di dalamnya. Tapi aku saja yang begitu buta, hingga gampang klepek-klepek oleh kalimat Kak Gian yang biasa saja. "Ki!" Suara Haura yang cempreng membuatku tersadar dari