"Ini untuk membeli semua keperluanmu, dan ini khusus kebutuhan rumah tangga," kata Kak Gian, saat dia meletakkan dua atm dengan warna berbeda. Aku sempat diam memandangi, kemudian mendongak ingin bicara, namun dia kembali melanjutkan, "Setiap bulan akan rutin kutransfer. Ini bukan uang dari mama, papa, apalagi Opa Tara. Karena aku sudah bekerja, aku punya penghasilan sendiri. Setidaknya ... ini kewajiban yang bisa kupenuhi untukmu, Ki."
"Bagaimana dengan yang lain?" tanyaku pelan, karena desakan tersebut terjadi oleh rasa penasaran. Namun apa yang kudapat, kembali membuat menghela napas. Diamnya Kak Gian menandakan kalau dia nggak mau bicara. Seolah dia sengaja membuatku menimbun banyak pertanyaan, karena entah untuk alasan apa, dia terlihat betah dengan gelagat menghindar. Seolah-olah b
