Aku terlambat lima menit ke kantor Mas Danu, pasalnya ban motor mengalami kebocoran di tengah jalan. Kak Gian nggak bisa diandalkan, karena dia berangkat pagi-pagi bahkan kami sendiri pun nggak bertemu tatap. Dia melewatkan sarapan, setelah melaksanakan kewajiban subuh. Pergi tanpa pamit, membuatku kebingungan namun berusaha maklum. Sudah berulangkali bertindak seperti ini, harusnya sekarang nggak perlu kaget lagi, tapi nyatanya aku tetap saja dibuat bertanya-tanya mengenai sikapnya. Kami nggak pernah berselisih paham, apalagi sampai bertengkar. Bicara panjang lebar saja bisa dihitung menggunakan satu jari, jadi di mana letak kesalahannya? Sebelum ini aku sempat ragu menuduh kalau sebenarnya Kak Gian nggak ingin menikah denganku. Sekarang tuduhan itu mutlak menguat, karena di samping min