30

1078 Kata
Tanpa perlu dikomandoi, begitu bell istirahat Wyne segera menuju pustaka. Disana ia bertemu dengan Icin. Icin atau yang dalam buku absen guru adalah Cintya Zahrah itu sudah siap dengan buku fisikanya. “Cin, yang paling jago fisika, ‘kan bukan elo,” celetuk Wyne sebelum menusukkan pipet pada susuu kotaknya. Nadhifa Myesha adalah satu di antara empat belas orang yang paling menguasai mata pelajaran satu itu tapi katanya Nadhi tidak ingin berhadapan dengan Wyne. Alih-alih Wyne yang sakit kepala, Nadhi lah yang akan dibuat makan hati kalau harus mengajari Wyne. Begitu tutur Icin. “Gue juga habis diomelin Bella tiga hari yang lalu soalnya fisika gue delapan puluh doang. Makanya gue yang disuruh benahin lo sekalian benahin diri gue sendiri. Lo kalo ditanya Bella mau ambil jurusan apa, ga usah dijawab dulu deh, Wyn. Repot kaya gue entar, lo.” Icin mengambil tempat duduk di samping Wyne kemudian membuka buku paket Fisika yang ia bawa. Icin berbekalkan roti bantal yang ia bawa dan itu pun diambil separuhnya oleh Wyne dan Wyne dengan s**u kotaknya. “Hari ini udah diapain aja sama Shakka, Wyn?” tanya Icin pada Wyne yang mulai mengerti dengan apa yang ia ajarkan beberapa saat yang lalu. Wyne melirik temannya tajam. Namun kemudian ia menyadari bahwa seharian ini belum bertemu dengan Shakka. Apa cowok itu sudah tobat? Begitu pikir Wyne. Begitu ia memikirkan Shakka, seseorang dari kantin mendekati Wyne dengan semangkok soto. Soto Bu Ayu. “Ini dari siapa, Mak?” tanya Wyne curiga. “Dari aden-aden yang biasa ngerjain kamu.” Kemudian Icin ditinggalkan dengan cekikikan dari wanita yang sering dipanggil Mak Yanti itu. “Panjang umur laki, lo, Cin,” ucap Wyne dan mendorong mangkok berisi soto tersebut menjauh.” Sedang Icin cekikikan karena Wyne menyebut Shakka adalah suaminya. Tidak hanya itu, ia juga ingin merasakan ditraktir Shakka Orlando Padmaja. Makanya Icin ingin memakan soto tersebut. “Lo kepengen mati? Siapa tau Shakka ngasih soto ini sianida?” “Shakka bukan kriminal. Dia jahat gara-gara lo yang mulai ngusik hidup dia sih.” Tanpa curiga sama sekali, Icin melahap soto tersebut dan tidak ada eskpresi aneh seperti kepedasan, keasinan atau justru memang ada sianida di dalamnya. Tentu saja Wyne curiga kenapa kali ini Shakka tidak mengerjainya seperti biasa. Penasaran dengan rencana cowok itu yang sebenarnya, Wyne mengirimkan pesan singkat pada Arif. Tak lama kemudian ia mendapat balasan dan Wyne Amelia mengumpat keras di dalam pustaka yang sepi. Ternyata soto itu dari Arif yang tau bahwa Wyne tidak akan bisa ke kantin untuk makan siang. Dan sekarang sotonya sudah dihabiskan oleh Icin. Arif juga mengatakan Wyne aman hari ini karena Shakka bolos sekolah. Bolos sekolah? Apa yang sebenarnya di lakukan oleh cowok itu? … “Ada apa ini?” tanya Naya mendapati putra dan putrinya pulang dengan muka kusut. Ini belum waktunya Shakka pulang sekolah tapi putranya itu sudah berada di rumah. Sedangkan untuk Keysha, anaknya ini memang sudah mendapat izin untuk tidak mengikuti pembelajaran selama dua hari. “Shakka, Ma. Dia merussak mood teman-temanku.” “Teman-teman dia yang merussak moodku lebih dulu, Ma,” balas Shakka menunjuk Keysha kesal. Shakka sudah dengan baik hati menjadi supir untuk Keysha dan teman-temannya hari ini tapi ia justru mendapatkan balasan yang tidak menyenangkan. Jadi selama setahun penuh saat Keysha meninggalkan rumah tanpa sokongan apapun dari Papa, Shakka melakukan sesuatu untuk sang adik. Shakka dengan bantuan teman-temannya mendapatkan uang atas gambar yang ia lukis sesuai dengan permintaan yang ia terima. Ia mengumpulkan rupiah demi rupiahnya itu kemudian mengirimkan semuanya pada Keysha. Kenapa? Karena ketakutannya bahwa Keysha akan mati kelaparan di luar sana. Tapi ternyata beberapa permintaan gambar yang ia terima, yang dibayar dengan harga tinggi bahkan jutaan berasal dari kembarannya sendiri. Tidak hanya membohonginya mentah-mentah, Keysha kemudian memberikan lukisan-lukisannya pada teman-teman bodohnya itu secara gratis seolah Shakka tidak mengorbankan waktu dan tenaga untuk membuatnya. “Dengar Ma? Shakka kembali kekanak-kanakan. Dia marah padaku tapi melampiaskannya pada orang lain. Aku ga tau dari mana dia belajar ilmu yang satu ini,” ucap Keysha kesal. Ini adalah pertengkaran pertama keduanya sejak kembali bersatu dan tinggal bersama. Dan rasanya Key paham apa yang mungkin Wyne rasakan selama ini. Detik berikutnya Mama dan anak perempuannya itu mendengarkan hempasan pintu. Keduanya terperanjat di tempat mendengar bunyi keras tersebut. Sedang di Bina Bangsa, pada hari berikutnya, tepatnya Wyne dan yang lainnya hanya bisa bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Shakka setelah cowok itu absen tanpa keterangan. Wyne tidak mendapat kunjungan dadakan apalagi kejutan dari Shakka. Hidupnya menjadi begitu tenang dari yang pernah ada bahkan saat ia tanpa sengaja bertabrakan dengan cowok itu di depan gedung utama. Shakka kembali dengan headphone di telinga dan mengurung diri di labor komputer tanpa pernah tau bahwa kembarannya menjadi semakin dekat dengan salah satu dari temannya. “Jadi?” bisik Wyne pada Arif. Temannya ini jelas sedang berusaha menyembunyikan senyum lebarnya tapi gagal. Jelek sekali pokoknya wajah cowok itu jadinya. Keduanya memutuskan kini sedang berada di dalam pustaka. Tentu saja di balik rak-rak buku yang mampu menyembunyikan keduanya. “Gue bakal nembak Key, lusa.” “Lusa banget, sekarang aja, sekarang.” Arif yang akan pacaran tapi Wyne yang justru tidak sabaran. Karena selama ini Wyne lah yang menjadi tim sukses Arif dan Keysha. Meskipun Wyne sering sekali bicara ketus pada kembarannya Shakka tersebut tapi beberapa kali ia meminta Keysha untuk datang ke tempat di mana Arif berada. Atau sebaliknya ia meminta Arif melakukan sesuatu padahal ia hanya ingin Arif bertemu dengan Keysha. Wyne tidak tahan melihat temannya ini yang ragu-ragu dalam mendekati cewek yang ia sukai. Jujur, Keysha anak yang baik. Tidak sekalipun Wyne mendapati kembarannya Shakka itu bersikap sombong di Bina Bangsa. Jangankan sombong, menunjukkan bahwa ia berbahasa inggris sangat baik saja jarang. Tidak seperti saudaranya yang dimanapun berada selalu menunjukkan dirinya adalah yang terbaik. Wyne meletakkan kedua sikutnya di atas meja kemudian menatap temannya seolah Arif adalah cowok paling tampan yang pernah ia lihat. “Jadiin Keysha pacar lo dan sesekali nanti ajak gue waktu kalian kencan.” Gadis juga berujar bahwa dia tidak bisa bersorak “Terima, terima, terima. Saat lusa Arif melancarkan aksinya. Karena jika Shakka melihatnya, maka cowok itu akan berpikir bahwa ini adalah bagian dari balas dendamnya Wyne. Shakka memang tidak menunjukkan gelagat aneh belakangan ini. Bisa jadi Shakka sudah sadar dengan kesalahan perasaannya tapi Wyne tidak mau mengambil resiko dan merusak momen sang sahabat. “Pokoknya traktir.” “Iya, iya. Kalau makan aja lo kenceng banget.” Keduanya kemudian tertawa lepas namun berakhir di peringati oleh penjaga pustaka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN