Keluar dari dalam lift, berjalan tergesa-gesa menuju unitnya. Terkejut mendapati pintu apartemennya yang terbuka. Begitu Bian berhasil berdiri di depan pintu, nampak olehnya Safia berdiri di sana. "Saf!" panggilannya. Perempuannya itu refleks menoleh, mengembuskan napas lega karena kedatangan Bian yang sejak tadi dinantinya. Bian melangkah masuk dan lebih terkejut lagi ketika melihat seseorang duduk di sofa sembari menatapnya tajam. "Oma," lirih Bian, menelan ludah gugup karena dapat ia tebak jika setelah ini dia akan mendapat penghakiman dari sang oma. Bian mendekati omanya, tersenyum canggung karena pasti Safia akan ikut terseret akan masalah bersamanya. "Kenapa pagi-pagi sudah di sini, Oma?" tanyanya lalu mendekat dan menunduk meraih tangan perempuan tua itu. Bian menyalami omanya

