Marwa menunduk dalam-dalam, pura-pura sibuk meniup uap bakso di hadapannya. Sesekali ia menusuk bakso dengan garpu, mengunyah perlahan, seolah dunia hanya sebatas mangkuk di depannya. Ia sama sekali tak ingin mengangkat wajah, apalagi bertukar basa-basi busuk dengan lelaki itu. Suara langkah kaki berat bergema di lantai keramik warung sederhana Mang Ucup. Sejurus kemudian aroma parfum maskulin yang samar langsung membanjiri indra penciumannya. Marwa berdecak. Akhir-akhir ini ia sudah terlalu sering menghidu aroma ini. "Wih, si Haryo makin berumur makan seksoy, euy," bisik Tiwi. Haryo masuk ke dalam warung dan mengangguk singkat ke arah mereka bertiga atau berempat dengan Marwa. Marwa tidak tahu jelas karena ia sama sekali tidak melihat ke arah Haryo. Tiwi, Dewi, dan Aini membalas anggu