“Apa-apaan sih kamu mengejarku sampai ke sini?!” seru Marwa sambil kembali menepis tangan Arga yang lagi-lagi mencoba memegangnya. “Maaf, bisa kita bicara sebentar? Masalah pribadi. Aku mohon,” ucap Arga pelan. Marwa menggeleng tegas. “Aku sudah berkali-kali bilang kalau aku tidak lagi mau membahas masalah pribadi.” Marwa bersiap melangkah. Arga langsung berdiri di hadapan Marwa, menggunakan tubuh kekarnya untuk menghadang. “Tolonglah aku sekali ini, Wa. Ibu dan Anggi datang dari Surabaya. Mereka ingin bertemu denganmu untuk menjaga tali silaturahmi.” Arga terus membujuk Marwa. Marwa mendecih. “Kamu salah, Ga. Mereka ingin menemuiku bukan untuk menjalin tali silaturahmi, tapi untuk mengancamku.” Marwa tersenyum kecut. “Mengancammu? Mengancam apa?” Arga kebingungan. Ia sama sekali tida

