Hari Libur yang Ramai

1010 Kata
Hari libur. Clara menatap dinding lagi untuk beberapa saat yang cukup lama, sampai akhirnya ia mendengar bunyi ketukan pintu yang cukup intens. Siapa? Yang pagi-pagi sekali sudah berkunjung ke rumahnya? Clara dengan malas keluar dari kamarnya, melewati ruang tamu, dan ketika membuka pintu depan, ia mendapati ada dua mahluk anggota BBA di sana. Ada Anrez dan perempuan berkacamata. Siapa lagi kalau bukan El. "Lama sekali kamu membuka pintu. Aku hampir mati kedinginan," ucap Anrez sambil masuk dengan cepat. "Kami datang membawa sarapan," ucap El. Clara terdiam. Dilihatnya jam dinding. Baru pukul lima pagi. "Sarapan? Apa kalian sedang bermimpi?" Clara geleng-geleng kepala. Memang, ada-ada saja kelakuan dua mahluk itu. "Ayolah, Clif. Santai sejenak. Jangan wajahmu itu jadi murung. Ayo, semangat!" Anrez berteriak-teriak. Ia masih menahan gigil. Awalnya El duduk, tak lama, gadis itu meringkuk di sofa. "Apa kamu punya selimut?" tanyanya kemudian. "El!!!" Gadis itu segera kembali ke posisi semula. "Oke. Maaf. Kami datang karena hari ini kamu libur. Daripada kamu tidak ada kegiatan, ya, kami akan membuat harimu sibuk." Clara menatap dua temannya itu bergantian. Sejurus kemudian, ia tertawa. "Kalian ini, ya. Benar-benar. Oke. Baik. Ini masih jam lima pagi. Apa yang harus kita lakukan? Sarapan? Apa yang kamu bawa, El? Tapi ini masih terlalu pagi untuk sarapan." El menyodorkan bungkusan yang dibawanya. "Ini roti isi." "Oke. Kita tunda sarapannya. Jujur, aku tidak tahu harus melakukan apa-apa. Tadi saja, aku sedang menatap dinding kamar." "Jangan terlalu serius, Clif. Aku hanya ingin main game saja, atau tidur di sini." Anrez berganti posisi jadi berbaring. Tak lama, El menyusul juga. Keduanya tiduran di sofa. "Jangan katakan apa-apa. Diam saja, Clif. Kami hanya akan menemanimu dalam diam. Jika itu yang kamu inginkan." Mendengar itu, Clara duduk di sofa juga. Anrez sepertinya memang pindah tempat saja untuk melanjutkan tidurnya. El juga. Clara menatap keduanya dan tersenyum. Lalu, ia juga melakukan hal yang sama. Berbaring di sofa juga. Ada tiga sofa panjang yang sudah terisi oleh tiga mahkuk anggota BBA, termasuk Clara. Ketiganya memejamkan mata, dan Clara perlahan menemukan perasaan yang cukup lega. Karena hadirnya El dan Anrez, itu jadi obat baginya. Sekali lagi, Clara ditampar kenyataan, bahwa begitu banyak yang peduli kepadanya. Bahwa mungkin, lebih banyak peduli terhadapnya, daripada yang benci. Kenapa sulit sekali, rasanya menanamkan keyakinan itu? *** "Clif, bangun." "Clif?" Suara yang terdengar di telinga Clara begitu samar. Ia mengerjakan matanya beberapa kali sebelum akhirnya benar-benar tahu siapa pemilik suara itu. El. "Hmmmh." Clara diam sebentar dan melihat sekeliling. Sudah pagi. "Sarapannya sudah siap." El menyodorkan roti isi yang dibawanya beserta segelas s**u. Sementara Anrez terlihat sedang bermain game. "Kalian sudah bangun sejak tadi?" "Ya." Anrez menjawab singkat. "Seharusnya, kita tadi itu lari pagi, ya. Bukan tiduran tidak jelas. Apa tidurmu semalam tidak betul? Tadi, sepertinya kamu tidur dengan sangat pulas," ucap El. Ia menghabiskan roti isi bagiannya dalam sekejap. "Aku baik-baik saja, El. Aku juga tidur dengan benar. Maksudku, aku tidak begadang, tapi entah kenapa, aku terus merasa lelah." "Itu karena pikiranmu. Meskipun tidurmu cukup, kalau pikiranmu terlalu penuh, apalagi penuhnya dengan kenegatifan, kecemasan, itu pasti akan membuatmu cepat merasa lelah." "Sama halnya dengan ini," ucap Anrez yang akhirnya bersuara. "Lihat, aku bermain game. Terus menerus. Pikiranmu akan lelah kalau terus memikirkan hal-hal yang secara berlebihan." Anrez mematikan game-nya di depan Clara dan El. "Aku sudah capek bermain game. Apa yang harus kita lakukan? Ada rencana?" El diam. Clara jika. Mereka berdua tidak tahu. "Rencananya adalah, tidak ada rencana," ucap El. "Ya, benar. Benar apa yang El katakan." "Lalu, apa yang harus kita lakukan? Ini hari Minggu. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan? Apa kalian mau jalan-jalan di luar?" Clara diam. "Entah." "Ya, aku juga tidak yakin. Di luar akan menyenangkan atau tidak." Melihat dua perempuan yang sama-sama tidak b*******h dalam menyambut hari libur, Anrez agak kesal. "Oke, mari kita lihat apa yang bisa kita kerjakan di sini. Clif, sudah berapa lama kamu tidak beres-beres rumah, secara keseluruhan?" Clif menggeleng. "Aku lupa." "Oke. Jawaban yang amat sangat bagus. Aku lupa. Itu berarti, kamu lupa kapan terakhir kamu membereskan rumah ini secara keseluruhan ya, kan? Kamu tidak peduli?" Clara menggeleng. "El, Clif, bangun. Pergi ke kamar mandi dan cuci muka. Kalian ini. Aku akan mencoba melihat ke setiap sudut ruangan dan tentu saja, merencanakan apa saja yang harus kita kerjakan. Intinya, kita hari ini, beres-beres rumah. Oke?!" "Okeh!" El jadi terpacu semangatnya. Clara tertawa. "Oke!" Ia juga membalas seruan Anrez. Setelahnya, mereka pun beres-beres rumah. Semua sudut diperhatikan oleh Anrez. Clara mengelap kaca jendela, membersihkan debu-debu di lemari, dan banyak lagi hal lainnya yang ia kerjakan. Gadis itu, entah kenapa, menjadi riang karenanya. Sesekali, Anrez melemparkan lelucon yang membuat El dan Clara tertawa. Hari libur mereka diisi dengan acara bersih-bersih. "Aku jadi punya ide yang bagus," ucap Anrez setelah ia selesai dengan tugasnya mengosrek kamar mandi. "Apa?" tanya Clara. "Jadikan ini sebagai kegiatan rutin di klub kita." Clara tertawa. "Wah, jadi, kalian ingin selalu datang ke rumahku untuk bersih-bersih?" "Heh, bukan begitu konsepnya!" Nada bicara Anrez jadi tinggi. "Maksudku, begini, setiap hari Minggu, atau kapan pun itu, hari libur, waktu luang, kita keliling beres-beres di rumah anak BBA. Ya, giliran. Bukan setiap Minggu harus ke rumahmu, Clif. Enak saja." "Ide bagus," ucap El. "Oke. Kita bisa jadwalkan. Atau begini. Kalau memang tidak bersih-bersih pun, setiap Minggu, kita harus usahakan agar bertemu. Sesibuk apa pun," ucap Clara, mengusulkan. "Ya, itu terdengar menarik, Clif. Meskipun hampir setiap dari kita sibuk, kita tetap harus memaksakan diri untuk tetap bertemu, berkumpul, dan saling membicarakan banyak hal alias berdiskusi." "Oke. Sepakat. Nanti kita bahas bersama anggota yang lain di grup," pungkas Anrez. *** El dan Anrez berpamitan setelah hari menjelang sore. Hari libur Clara tak sepi seperti sebelumnya. Hari libur yang ramai, yang sangat menyenangkan. Gadis itu sangat bersyukur. Ia mengucapkan terima kasih kepada Anrez dan El. Mereka sudah meluangkan waktu untuk dirinya dan itu membuat Clara semakin terharu saja. Dan yang paling penting dari semuanya adalah, baik Anrez atau pun Clara, tidak bertanya soal permasalahan yang sedang ia hadapi. Clara suka dengan hal itu. Ia memang sedang tidak ingin membicarakan hal-hal yang tidak menyenangkan hatinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN